Sinyal Kuat Kinerja Mitratel Usai Borong 6.000 Menara Telkomsel

28 September 2022 11:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penandatanganan perjanjian jual beli menara telekomunikasi antara Telkomsel dengan Mitratel.  Foto: Mitratel
zoom-in-whitePerbesar
Penandatanganan perjanjian jual beli menara telekomunikasi antara Telkomsel dengan Mitratel. Foto: Mitratel
ADVERTISEMENT
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel menambah koleksi menara telekomunikasi, dengan mengakuisisi 6.000 menara milik Telkomsel. Untuk merealisasikan Jual Beli atau Sales Purchase Agreement (SPA) dilakukan pada Jumat (29/7) itu, emiten berkode MTEL tersebut harus merogoh kocek sebesar Rp 10,28 triliun.
ADVERTISEMENT
Dana tersebut didanai dari kas sendiri yang berasal dari hasil penawaran saham umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada 22 November 2021 lalu sebesar Rp 18,79 triliun.
Pun dengan aksi akuisisi menara tersebut, maka kini Mitratel menjadi raja menara telekomunikasi, tak hanya di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Jumlah koleksi menara yang dimiliki Mitratel mencapai sekitar 34.800. Jumlah itu melampaui PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dengan 27.985 menara, serta PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang memiliki 20.578 menara.
Apalagi penyebaran 34.800 menara Mitratel tersebar secara strategis di seluruh Indonesia. Di mana 58 persennya berada di luar Jawa. Hal ini menjadikan perseroan memiliki ruang lebih besar untuk meningkatkan tenancy ratio atau rasio penyewaan oleh klien secara agresif ke depannya.
ADVERTISEMENT
Adapun saat ini tenancy ratio Mitratel ada di 1,53 kali. Persebaran lokasi menara telekomunikasi yang meluas hingga ke luar Jawa, menyimpan potensi pertumbuhan yang besar. Apalagi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru terus meluas sehingga tak hanya bertumpu di Pulau Jawa.

Mitratel Punya Struktur Modal yang Kuat

Equity Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas, Desy Israhyanti, mengatakan tantangan industri menara dalam jangka pendek adalah kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).
Menurut Dessy, kenaikan suku bunga acuan ini akan membuat ruang gerak para perusahaan akan semakin berat. “Dengan struktur permodalan yang rata-rata banyak dari utang, maka tingkat suku bunga ini membuat ruang gerak menjadi lebih berat, lantaran biaya modal jadi lebih tinggi,” katanya kepada kumparan, Selasa (9/8).
Menara telekomunikasi Mitratel. Foto: Dok. Mitratel
Meski demikian, dari empat perusahaan besar menara yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau emiten, Mitratel memiliki struktur modal paling kuat. Pelaku industri besar di bisnis sejenis dengan Mitratel yakni ada Grup Djarum yang menguasai dua emiten menara.
ADVERTISEMENT
Hal ini terlihat dari batas debt to equity ratio (DER) yang baik di bawah 5 kali. Adapun DER adalah rasio utang terhadap ekuitas atau rasio keuangan yang membandingkan jumlah utang dengan ekuitas. Maka, semakin kecil DER, maka semakin baik.
Di mana, DER yang terkecil tercatat ada pada Mitratel yang hanya 0,64 kali di kuartal II 2022. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan TBIG yang DER-nya sebesar 3,12 kali dan TOWR 3,92 kali di kuartal I 2022.
Desy menyebut, dengan tingkat DER yang kecil ini membuktikan bahwa, struktur permodalan Mitratel cukup kuat pasca-IPO. Sehingga hal ini mendukung untuk ekspansi secara inorganik ke depannya.
Hingga semester I 2022, Mitratel berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 891,54 miliar atau melonjak 27,2 persen dibandingkan dengan Rp 700,74 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Pendapatan Mitratel juga naik 15,5 persen secara year on year di paruh pertama tahun ini menjadi Rp 3,23 triliun. Begitu juga dengan EBITDA yang bertambah 16,6 persen secara tahunan menjadi Rp 2,88 triliun.