Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
SKK Migas: Kontraktor Dhuafa Harus Minggir dari Kegiatan Hulu Migas
ADVERTISEMENT
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas ) mengungkapkan, sebagian besar dari Wilayah Kerja (WK/blok) migas yang berproduksi di Indonesia tergolong sudah tua.
ADVERTISEMENT
Produksi dari blok-blok migas tua semakin menurun. Tapi meski produksinya semakin sedikit, biaya operasi untuk mengelola blok-blok migas ini tidak menurun.
"Dari 224 WK migas yang saat ini ada di Indonesia hanya 74 WK yang sudah berproduksi, dan dari yang berproduksi tersebut mayoritas adalah WK yang sudah mature (berumur tua). Ini menyiratkan bahwa lifting migas trennya menurun sedangkan biaya produksi (cost recovery) trennya tidak menurun," kata Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi melalui pesan singkat yang diterima kumparan, Senin (15/10).
Untuk meningkatkan kembali produksi migas, butuh eksplorasi untuk menemukan cadangan-cadangan baru. "Prioritas yang harus dilakukan Indonesia adalah eksplorasi. Eksplorasi membutuhkan capital tinggi, teknologi tinggi, dan kemampuan menghitung risiko," ucap Amien.
ADVERTISEMENT
Eksplorasi migas tentu membutuhkan biaya investasi yang besar. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) harus berani menanggung risiko kerugian. Maka yang dibutuhkan saat ini adalah perusahaan migas yang punya modal, teknologi, dan berani mengambil risiko.
"Karena itu, KKKS yang masuk kategori dhuafa (tidak punya uang) sehingga tidak mampu menjalankan kewajiban yang sudah ditandatangani dalam kontrak kerja sama harus segera minggir dari kegiatan hulu migas," tegas Amien.
Sebelumnya diberitakan, SKK Migas memprediksi pada 2030, lifting minyak mentah Indonesia hanya 281 ribu barel per hari (bph). Hingga akhir tahun ini, lifting minyak mentah diperkirakan hanya 775 ribu bph, lebih kecil dari target Dalam APBN 2018 mencapai 800 ribu bph.
Itu artinya dalam 13 tahun ke depan, lifting minyak mentah dalam negeri akan anjlok sekitar 494 ribu bph.
ADVERTISEMENT