Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) masih tertekan. Maskapai pelat merah tersebut, sepanjang 2018 membukukan kerugian sebesar Rp 2,4 triliun. Meski demikian, di kuartal I 2019 kondisinya membaik dengan raihan laba Rp 274 miliar.
ADVERTISEMENT
Sebelum menyajikan ulang laporan keuangannya, Garuda Indonesia sempat membuat heboh. Maskapai pelat merah itu mencatatkan laba dalam laporan keuangannya baik tahun buku 2018 maupun semester I 2019. Padahal sebelumnya selalu membukukan rugi.
Banyak protes menyeruak, maskapai milik pemerintah itu pun langsung merevisi laporan keuangannya. Lalu, apa sebenarnya masalah Garuda Indonesia ? Apa solusinya agar Garuda Indonesia tak rugi terus?
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mencoba memberi pandangan. Menurutnya, bisnis penerbangan memang bukan bisnis yang mudah dan persaingannya ketat. Sehingga perlu strategi yang baik agar bisnis tersebut terus berjalan.
"Ya pertama memang bisnis penerbangan bukan bisnis yang mudah. Ya intinya efisien dan memilih rute-rute yang benar-benar menarik karena banyaknya persaingan dewasa ini. Kalau domestik, masih untung Garuda, walaupun dia bersaing dengan low cost carrier seperti Lion, AirAsia, jadi itu intinya. Menurut saya, perlu memang pemikiran," kata JK saat berbincang bersama kumparan di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (2/8).
JK menjelaskan, tak hanya Garuda Indonesia , maskapai penerbangan lain baik dalam maupun negeri juga mengalami hal yang sama. Bahkan, tak sedikit maskapai harus gulung tikar karena tak mampu bersaing.
ADVERTISEMENT
"Di dunia ini juga tiap hari ada penerbangan baru, tapi tiap hari juga ada yang tutup. Di Indonesia juga selama 20 tahun ini ada 15 maskapai yang tutup, entah Merpati, Adam Air, itu banyak sekali," sebutnya.
Sebagai catatan, Garuda Indonesia pada kuartal I 2017 mencatat kerugian USD 283,8 juta (Rp 3,223 triliun) dan di kuartal II 2017 USD 38 juta (Rp 513 miliar). Sedangkan pada kuartal III 2017 tercatat USD 60 juta (Rp 810 miliar).
Simak wawancara lengkap Wapres Jusuf Kalla dalam story berikut.