Sri Mulyani: Banyak yang Jadi Middle Income Country, Sulit Jadi Negara Maju

20 Agustus 2021 10:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani bicara soal keinginan Indonesia buat menjadi negara maju sebelum tahun 2045. Target tersebut merupakan visi pemerintah bertepatan dengan 100 tahun peringatan kemerdekaan RI.
ADVERTISEMENT
Menurut Sri Mulyani, cita-cita tersebut bakal menemui tantangan yang tidak mudah. Ia mengatakan, ada banyak negara yang bisa lolos dari julukan lower middle income country alias negara berpendapatan menengah bawah, menjadi upper middle income country atau negara berpenghasilan menengah atas.
Kendati begitu, kata Sri Mulyani, tak banyak negara yang kemudian berhasil naik lagi menjadi high income country alias negara berpenghasilan tinggi atau bisa disebut negara maju. Inilah yang kemudian membuat munculnya terminologi middle income trap.
"Banyak negara bisa naik dari lower menjadi middle income country, namun tidak banyak negara bisa naik terus jadi high income. Banyak negara berhasil menjadi middle income, tapi kemudian berhenti di sana," ujar Sri Mulyani dalam acara peluncuran Buku Indonesia 2045 yang digelar Iluni FEB UI, Jumat (20/8).
ADVERTISEMENT
Menurut Menkeu Sri Mulyani, setidaknya ada beberapa faktor penentu untuk bisa lolos dari jebakan sebagai negara menengah tersebut. Pertama yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Selain kemampuan atau skill yang mumpuni untuk bisa bekerja sama, kualitas SDM ini juga ditentukan oleh tingkat kesehatan dan pendidikannya. Termasuk juga dengan penguasaan teknologi yang sangat dibutuhkan sekarang ini.
Selanjutnya, hal kedua adalah bagaimana mereformasi sistem jaring pengaman sosial. Di mana selain pentingnya berbagai stimulus tersebut terdistribusi secara merata, juga penting untuk memikirkan mendukung penguatan kapasitas kelompok yang dibantu tersebut agar bisa melangkah lebih mandiri.
"Sehingga negara ini bisa maju, jaring pengaman sosial menjaga agar masyarakat sosial bisa maju bersama secara adil dan kompetitif. Bagaimana bisa membantu keluarga dan anak-anak yang tertinggal tapi pada waktu yang sama mendukung penguatan," ujar Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
Adapun faktor selanjutnya yakni reformasi perekonomian. Penguatan peran UMKM menjadi penting untuk dikebut ke depannya.
Indonesia sendiri saat ini justru kembali menyandang julukan sebagai lower middle income country. Pada tahun 2019 Indonesia berhasil naik menjadi negara dengan pendapatan menengah ke atas, tetapi langsung turun setahun setelahnya lantaran pandemi COVID-19 yang merebak memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Setidaknya, selama 4 kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi Indonesia negatif sehingga jatuh ke jurang resesi. Indonesia baru berhasil keluar di kuartal kedua 2021 setelah pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen secara year on year.
Sebelumnya, Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memberi sinyal bahwa Indonesia baru bisa mencapai cita-cita jadi negara maju sebelum 2045 apabila ekonomi tahun 2022 bisa tumbuh 6 persen.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, ekonomi pun dituntut mesti konsisten di angka 7 persen tiap tahunnya agar keinginan tersebut bisa terealisasi di tahun 2038.
Belakangan tampaknya visi tersebut akan semakin kian sulit bila mengacu proyeksi Kepala Bappenas. Soalnya, Presiden Jokowi sendiri sudah memproyeksikan bahwa ekonomi tahun depan berkisar antara 5 sampai 5,5 persen alias di bawah batas yang disampaikan Suharso.