news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sri Mulyani Curhat Jadi Menkeu: Saya Ketiban Sampur

4 Juli 2020 18:19 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait APBN Kinerja dan Fakta (Kita) Agustus 2019 di Kantor Kemenkeu. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait APBN Kinerja dan Fakta (Kita) Agustus 2019 di Kantor Kemenkeu. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani menceritakan pengalamannya sebagai bendahara negara di berbagai situasi. Menurutnya, perubahan ekonomi terjadi secara tak terduga.
ADVERTISEMENT
Hal itu dikatakannya saat meluncurkan buku bertemakan 'Terobosan Menghadapi Perlambatan Ekonomi' secara virtual, Sabtu (4/7).
Sri Mulyani mencontohkan, era reformasi perekonomian domestik mengalami turbulensi yang sangat besar. Namun di saat itu juga, Indonesia membuat beragam peraturan perundang-undangan, yang implementasinya baru dilakukan pada tahun 2000.
"Indonesia banyak sekali membangun perundang-undangan baru dalam semangat reformasi, you can named it, UU Bank Indonesia jadi lembaga yang independen, UU Keuangan Negara, perbendaharaan negara, UU BPK, UU Perbankan, itu semuanya adalah yang disebut fondasi dari ekonomi modern Indonesia yang dibangun dalam waktu luar biasa singkat oleh Presiden Habibie," kata Sri Mulyani.
Warga beraktivitas di rumahnya berlatar belakang hunian bertingkat di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (9/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Menurut Sri Mulyani, peraturan-peraturan tersebut harus dilaksanakan di masa presiden selanjutnya. Dan pada saat itu yakni 2005-2010, Sri Mulyani menjadi pimpinan Kemenkeu.
ADVERTISEMENT
"Saya kebetulan menjadi Menteri Keuangan tahun 2005 hingga 2010. Itu kalau orang Jawa bilang, ketiban sampur (tugas yang tak disangka), karena banyak UU itu dibuat pada akhir '90 dan awal 2000, dan implementasinya dimulai ada saat pemerintah Bapak SBY," jelasnya.
Menurut dia, hal serupa pun terjadi saat ini. Saat pemerintah tengah fokus untuk membangun industri 4.0 dan transformasi ekonomi digital, namun tiba-tiba perekonomian tertekan karena adanya COVID-19.
"Lagi kita sibuk begitu, kita tiba-tiba kena shock covid ini. Ini mengubah dan mereset semuanya," kata dia.
Meski demikian, Sri Mulyani menilai bahwa sebagai pemerintah harus mampu mengambil kebijakan secara cepat dan tepat, yang bahkan teori ini tak diajarkan dalam perkuliahan.
"COVID-19 ini bisa dikatakan extraordinary dan unprecedented. Karena presedennya adalah 100 tahun yang lalu, dan saya enggak tahu kebijakan fiskal 100 tahun yang lalu, yang jelas Indonesia 100 tahun lalu masih dalam penjajahan Belanda," kata Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
"Inilah sekarang kita coba formulasikan yang besar itu fokus dan mata kita tidak boleh beralih dari tujuan kita bernegara, cita-cita yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945," tambahnya.