Sri Mulyani dan Chatib Basri Ingatkan Dampak Virus Corona ke Ekonomi

23 Februari 2020 12:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi Ekonomi bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani (dua dari kiri), Happy Salma (dua dari kanan), Chatib Basri (kanan). Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Ekonomi bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani (dua dari kiri), Happy Salma (dua dari kanan), Chatib Basri (kanan). Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
Penyebaran wabah Covid-19 (virus corona) dinilai memiliki dampak ekonomi yang lebih besar dibandingkan perang dagang Amerika Serikat-China.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan hal itu dalam sebuah pernyataan yang ia unggah di sosial media usai pertemuan G20 di Riyadh, Arab Saudi kemarin. Ia bilang, imbas virus corona menghantam berbagai lini ekonomi seperti industri hingga pariwisata.
"Penyebaran Covid-19 diyakini akan mempunyai dampak ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan ketegangan perdagangan global karena dampak Covid-19 menghantam berbagai lini ekonomi, baik dari sisi industri, perdagangan, investasi dan pariwisata," tulis Sri Mulyani di akun Instagram-nya yang dikutip kumparan, Minggu (23/2).
Pernyataan Sri Mulyani itu tampaknya tak berlebihan. Ekonom sekaligus Mantan Keuangan di periode Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Chatib Basri pun senada soal imbas virus corona itu berkaca dari kasus SARS 2003. Meski ia belum bisa memastikan angka pasti dampaknya bagi ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Tentu terlalu awal untuk memastikan angkanya, karena kita belum tahu berapa lama dan bagaimana akhirnya. Namun kita bisa belajar dari kasus SARS 2003," ujar Chatib Basri kepada kumparan.
Chatib Basri Foto: bekraf.go.id
Ketika SARS merebak, ia menjelaskan pertumbuhan ekonomi China saat itu sempat turun dari 11 persen pada kuartal I tahun 2003 menjadi 9 persen pada kuartal II tahun 2003. Pertumbuhan pun baru bisa merangkak naik kembali ke posisi 10 persen setelah kepanikan SARS mereda pada kuartal III dan kuartal IV pada tahun 2003.
"Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa 1 persen penurunan ekonomi China bisa berdampak penurunan ekonomi Indonesia 0,1 sampai 0,3 persen. Artinya jika ekonomi China melambat 1 persen tahun ini, maka pertumbuhan ekonomi kita bisa menurun menjadi di bawah 5 persen tahun 2020," prediksinya.
ADVERTISEMENT
Sektor-sektor yang dikatakan Chatib Basri akan terimbas virus corona itu, utamanya yang memiliki koneksi dengan global. Sektor pariwisata dan perdagangan Indonesia diprediksi bakal tertekan.
"Sektor yang terkena adalah yang memiliki link dengan global, termasuk misalnya tourism, ekspor, impor. Hal yang harus diantisipasi adalah penurunan ekspor, menurunnya impor yang bisa mengakibatkan kenaikan harga bila barangnya tak tersedia di domestik, atau menurunnya barang modal," ujarnya.

Apa Antisipasi Dunia dan Indonesia Hadapi Perlambatan?

Selepas pertemuan G-20, Sri Mulyani bercerita bahwa negara di dunia saat ini tengah bersepakat untuk menyatukan komitmen global untuk mengatasi dampak Covid-19, baik dalam pencegahan penyebarannya maupun munculnya virus serupa di masa depan.
"Negara-negara G20 berkomitmen untuk menggunakan semua alat kebijakan guna mencapai pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif, serta tahan terhadap downsize risk," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, komitmen global itu pun akan mendorong adanya reformasi struktural yang perlu terus digalakkan untuk meningkatkan potensi pertumbuhan. Kebijakan fiskal dan moneter pun mesti berjalan secara harmonis menggerakkan pertumbuhan perekonomian.
"Kebijakan fiskal harus fleksibel dan ramah pertumbuhan, sementara kebijakan moneter harus terus mendukung kegiatan ekonomi dan mampu memastikan stabilitas harga, konsisten dengan mandat bank sentral," tegasnya.
Perdagangan internasional dan investasi, menjadi hal penting juga yang menurut pihaknya perlu ditingkatkan. Sebab, itu merupakan mesin penting pertumbuhan, produktivitas, inovasi, penciptaan lapangan kerja dan pembangunan.
Kebijakan global dalam menangani risiko turunnya ekonomi global juga menjadi perhatian utama Indonesia. Pemerintah pun menurut Sri Mulyani pun telah menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga daya beli masyarakat antara lain dengan bauran kebijakan ekonomi dan fiskal.
ADVERTISEMENT
"Kementerian Keuangan mendorong percepatan belanja efektif dan tepat sasaran serta berbagai insentif sebagai stimulus khususnya di sektor pariwisata yang terkena dampak besar dari Covid-19," ujar dia.