Sri Mulyani Diminta Buat Skenario Terburuk Perekonomian RI 2021

9 April 2021 19:39 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati diminta untuk menyiapkan skenario terburuk bagi perekonomian Indonesia di tahun ini. Sebab, Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah merevisi pertumbuhan ekonomi RI menjadi hanya 4,3 persen, dari sebelumnya 4,8 persen di 2021.
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad menuturkan, skenario terburuk itu bisa saja terjadi jika gelombang ketiga COVID-19 menerpa Indonesia. Selain itu, ada risiko vaksinasi yang tidak mencapai target kekebalan massal atau herd immunity di tahun ini.
“Untuk itu, kita sarankan pemerintah menyiapkan skenario terburuk, yaitu perubahan kebijakan fiskal dengan fokus penyiapan skema pembiayaan bansos dinaikkan dan diperpanjang, serta diperluas,” ujar Kamrussamad kepada kumparan, Jumat (9/4).
Dia melanjutkan, hingga saat ini pertumbuhan kredit perbankan juga masih terkontraksi. Menurutnya, cukup sulit untuk mendorong kredit di tengah permintaan yang juga masih lesu.
Adapun kebijakan restrukturisasi kredit akan berakhir pada tahun depan. Ia pun meminta otoritas keuangan menyiapkan langkah lanjutan jika terjadi lonjakan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
ADVERTISEMENT
“Batas waktu kebijakan relaksasi kredit perbankan harus dilakukan secara gradual dan sektoral, bahkan sektor tertentu bisa diperpanjang hingga 2023. Kebijakan antisipasi kemungkinan lonjakan NPL tak terkendali pada industri perbankan,” jelasnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Politikus Fraksi Gerindra itu juga meminta pemerintah mengubah program Pemulihan Ekonomi Nasional menjadi Penyelamatan Ekonomi Nasional. “Sehingga bisa lebih tajam dan fokus pada penyelamatan sektor-sektor UMKM dan industri padat karya,” kata dia.
Dalam acara Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional hari ini, Sri Mulyani merespons koreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh IMF. Menurutnya, prediksi ekonomi Indonesia tersebut karena adanya faktor ketidakpastian yang terjadi di tahun 2021.
“IMF merevisi ke bawah, buat kita semua prediksi sekarang selalu subject to uncertainty. Pasti asumsinya macam-macam, vaksinasi, third wave, dan lain-lain," kata Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
Beberapa program sinergi yang dilakukan pemerintah dan otoritas terkait tahun ini adalah meneruskan kebijakan yang sudah dijalankan di tahun lalu, khususnya program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Menurut dia, program ini berhasil menjaga penurunan ekonomi nasional ke level yang lebih dalam.
"Dengan kerja sama ini, kita bisa menahan kontraksi yang dalam dari minus 5,3 persen, sekarang menjadi 2,19 persen di kuartal IV, kita harap 2021 terjadi akselerasi," tambahnya.