Sri Mulyani: Ekonomi RI Sudah Berada di Level Sebelum Pandemi

24 November 2022 21:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan keterangan pers usai menutup pertemuan pertama tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di JCC, Jumat (18/02/2022). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan keterangan pers usai menutup pertemuan pertama tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di JCC, Jumat (18/02/2022). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang paling kuat di antara negara-negara G20 maupun ASEAN.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani menuturkan, Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,7 persen di kuartal III 2022. Beberapa negara lain yang ekonominya melambat mulai terlihat pertumbuhannya, seperti Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
“Pada sisi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di Indonesia yaitu 5 persen berturut-turut empat kuartal, kuartal terakhir tahun lalu juga tumbuh 5 persen. Maka perekonomian Indonesia sudah di atas 6,6 persen di atas level pra pandemi tahun 2019,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (24/11).
Menkeu menyampaikan, pertumbuhan tersebut menunjukkan pemulihan yang relatif kuat dan cepat dibandingkan banyak negara lain yang belum. Bahkan, Sri Mulyani menyebut ekonomi RI sudah berada di level sebelum pandemi.
“Sampai hari ini, mereka belum pulih ke level prapandemi. Negara emerging bisa tumbuh lebih cepat, tapi kita lihat Thailand masih di bawah pra pandemic level,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sri mencermati negara yang relatifnya maju akan menaikkan suku bunga lebih tinggi, terlihat ekonomi yang mulai mendingin. Pertumbuhan ekonomi di Inggris hanya sebesar 2,4 persen di kuartal III, kemudian Italia sebesar 2,6 persen, dan Prancis bahkan 1,4 persen.
“Amerika menunjukkan pemulihan ekonomi yang melemah dengan pertumbuhan hanya 1,8 persen di Eropa. Ini menggambarkan memerangi inflasi dengan kenaikan suku bunga menyebabkan kinerja ekonomi menjadi terpengaruh, tantangan ini yang terus dihadapi 2022 dan 2023 mendatang,” pungkasnya.