Sri Mulyani Kembali Beri Sinyal Resesi, PSBB Bikin Ekonomi Makin Tertekan

15 September 2020 17:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga mengenakan masker saat melintas di JPO Dukuh Atas, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
zoom-in-whitePerbesar
Warga mengenakan masker saat melintas di JPO Dukuh Atas, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali memberikan sinyal ekonomi Indonesia akan mengalami resesi pada kuartal III 2020. Sebab, kontraksi ekonomi tak bisa lagi dihindari.
ADVERTISEMENT
Menurut Sri Mulyani, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, akan membuat ekonomi di kuartal III tertekan lebih dalam.
"Kalau antisipasi estimasi pertumbuhan ekonomi tahun 2020 kuartal ketiga, seperti yang sudah saya sampaikan di DPR kisaran antara 0,0 hingga minus 2,1 persen," ujar Sri Mulyani dalam virtual conference usai mengikuti Rapat Paripurna DPR, Selasa (15/9).
"Kalaupun kita melihat seperti PSBB Maret lalu, di mana terjadi PSBB yang drastis di mana penurunan bisa mencapai hampir 2 persen. Kita perkirakan mungkin untuk lower end-nya yang minus 2,1 (persen), itu bisa saja menjadi lebih rendah menjadi 2,1," kata dia menambahkan.
Suatu negara dinyatakan resesi jika ekonominya terkontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Adapun pada kuartal II 2020, ekonomi Indonesia minus 5,32 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani berbicara di depan Presiden dan Wakil Presiden Foto: Instagram @smindrawati
Mengenai perkiraan pastinya, kata Sri Mulyani, pemerintah masih akan melihat bagaimana pergerakan ekonomi dalam dua pekan pelaksanaan PSBB. Namun, ia berharap tidak berdampak terhadap penurunan yang terlalu jauh.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk kuartal terakhir, prediksi Sri Mulyani masih belum berubah, yakni ekonomi akan membaik di rentang 0,4 hingga 3,1 persen. Adapun prediksi pertumbuhan ekonomi secara total di 2020 antara minus 1,1 persen hingga minus 0,2 persen.
"Namun mungkin tone-nya dalam kisaran ini karena adanya seperti yang di DKI, kita harus menyiapkan kemungkinan kita berada di lower end-nya," katanya.