Sri Mulyani Optimistis Ekonomi RI Tumbuh 5,05 Persen di Kuartal III

1 November 2019 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait APBN Kinerja dan Fakta (Kita) Agustus 2019 di Kantor Kemenkeu. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait APBN Kinerja dan Fakta (Kita) Agustus 2019 di Kantor Kemenkeu. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Meskipun terjadi gejolak ekonomi global dan melambatnya investasi yang masuk di dalam negeri, pemerintah tetap optimistis pertumbuhan ekonomi bisa stabil di 5 persen pada kuartal III 2019.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan ekonomi akan tumbuh 5,05 persen di periode tersebut. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi masih ditopang sektor konsumsi.
"Mungkin yang berat eksternalnya, ekspor. Meskipun kemarin sudah ada perbaikan. Kami optimistis kuartal III di atas 5 persen seperti Badan Kebijakan Fiskal 5,05 persen," kata dia di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (1/11).
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan sektor konsumsi masih menjadi sumber utama agar pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 sesuai target.
Selain itu, menurut dia, investasi di sektor bangunan dan non bangunan saat ini juga sudah mulai meningkat, meskipun belum cukup kuat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) berbincang dengan Gubernur BI Perry Warjiyo berbincang rapat kerja pengesahan tingkat pertama RAPBN tahun 2020. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
"Sementara dari sisi eksternal memang masih mengalami penurunan karena terkait kondisi global. Jadi kami perkirakan pertumbuhannya 5,05 persen," terang Perry di Gedung BI, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, BPS melaporkan industri manufaktur besar dan sedang hanya tumbuh 4,35 persen di kuartal III 2019. Realisasi ini melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu 5,04 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, melambatnya manufaktur besar dan sedang tersebut dipengaruhi kondisi ekonomi global. Selain itu, harga komoditas yang berfluktuasi juga turut menekan industri manufaktur.