Sri Mulyani: Rupiah Menguat Rp 100, Duit Negara Berkurang Rp 1,26 T

13 September 2018 19:12 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan, Sri Mulyani berikan keterangan pers tentang RUU Penerimaan Negara Bukan Pajak di Jakarta, Jumat (27/7). (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani berikan keterangan pers tentang RUU Penerimaan Negara Bukan Pajak di Jakarta, Jumat (27/7). (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
ADVERTISEMENT
Pemerintah menargetkan nilai tukar rupiah dalam RAPBN 2019 sebesar Rp 14.400 per dolar AS. Sementara, Bank Indonesia (BI) melihat rupiah di 2019 dalam kisaran Rp 14.300-14.700 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Dengan asumsi rupiah sebesar Rp 14.400, pendapatan negara (penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, juga hibah) dalam RAPBN 2019 bisa mencapai Rp 2.142,5 triliun. Adapun belanja negara diasumsikan Rp 2.439,7 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, apabila asumsi rupiah turun menjadi Rp 14.300 per dolar AS, maka penerimaan negara diasumsikan akan turun jadi Rp 2.138 triliun atau turun Rp 4,66 triliun.
Menurut dia, penurunan pendapatan tersebut akibat Pajak Penghasilan (PPh) migas yang diperoleh pemerintah juga akan menurun. Sebab, perolehan PPh migas mnggunakan dolar AS.
“Terutama pajak migas karena dia dalam dolar AS. Dengan rupiah menguat, pendapatan yang dolar ini akan turun,” kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Kamis (13/9).
ADVERTISEMENT
Sementara dari sisi belanja, apabila nilai tukar rupiah diasumsikan Rp 14.300 per dolar AS, maka belanja negara juga akan turun hingga Rp 3,4 triliun. “Ini dari berbagai belanja yang pakai dolar AS,” katanya.
Ilustrasi rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Sehingga secara total, jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diasumsikan menguat menjadi Rp 14.300 pada tahun depan, pendapatan negara akan turun Rp 4,66 triliun dan belanja negara turun Rp 3,4 triliun. Dengan demikian, postur dalam RAPBN 2019 akan defisit Rp 1,26 triliun.
Sebaliknya, jika rupiah diasumsikan melemah Rp 100, menjadi Rp 14.500 per dolar AS, maka penerimaan dan belanja negara masing-masing diasumsikan naik Rp 4,66 triliun dan Rp 3,44 triliun.
“Sehingga akan ada net benefit Rp 1,26 triliun,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani sebelumnya juga mengatakan setiap pelemahan Rp 100 per dolar AS di tahun ini, penerimaan negara dalam APBN 2018 bertambah sebesar Rp 4,7 triliun, sementara belanja negara juga akan bertambah Rp 3,1 triliun. Sehingga pelemahan kurs tersebut positif ke APBN 2018 sebesar Rp 1,6 triliun.
"Setiap rupiah depresiasi Rp 100, penerimaan negara nambah Rp 4,7 triliun, tapi belanja negara juga naik Rp 3,1 triliun, jadi positifnya Rp 1,6 triliun," ujar Sri Mulyani.
Meski demikian, Sri Mulyani enggan menyebutkan bahwa pemerintah diuntungkan dengan pelemahan kurs tersebut. Sebab menurutnya, pemerintah hanya mengelola instrumen fiskal agar tetap sehat.
"Kami enggak gunakan untung atau rugi. Kami mengelola ekonomi Indonesia menggunakan instrumen APBN," jelasnya.
ADVERTISEMENT