Sri Mulyani Sebut Gejolak Global Mulai Berimbas ke SBN

1 Juli 2022 13:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memimpin pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memimpin pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui gejolak yang terjadi di global mulai berimbas ke pasar keuangan domestik. Salah satunya ke pasar surat berharga negara (SBN).
ADVERTISEMENT
Menurut Menkeu, imbas gejolak global terhadap pasar keuangan Indonesia masih lebih kecil dibandingkan negara lainnya. Dari sisi dana asing yang keluar (capital outflow) di surat utang negara atau foreign bond holder, mengalami kenaikan 17,3 persen sejak Januari-Juni 2022 (year to date/ytd). Ini lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Malaysia yang naik 20 persen dan Filipina yang naik 42 persen.
"Adanya gejolak di seluruh dunia, Indonesia relatif dalam posisi baik. Kalau kita lihat SBN, meski terjadi capital outfloow terhadap SBN 10 tahun, mengalami kenaikan 17,3 persen ytd. Indonesia masih relatif baik," ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Jumat (1/7).
Selain itu, dalam lelang SBN maupun Sukuk, investor lebih banyak membeli tenor jangka pendek dibandingkan jangka panjang. Hal ini akibat ketidakpastian global yang masih terus terjadi.
ADVERTISEMENT
"Incoming bids dalam lelang SBN shift menjadi ke tenor pendek SBN 40 persen atau SBN Syariah 39 persen, menggambarkan preferensi dari investor bond holder kita lebih senang memegang SBN jangka pendek akibat ketidakpastian dalam jangka menengah, dengan outlook dunia yang tidak stabil," jelasnya.
Meski demikian, Sri Mulyani menilai saat ini SBN Indonesia masih menarik bagi investor asing. Hal ini dapat dilihat dari spread imbal hasil atau yield SBN dan US Treasury yang mulai menyempit, dari 473 bps menjadi 417 bps.
Menurut Sri Mulyani, hal tersebut ditopang dari kebijakan fiskal dan postur fiskal yang terus dikomunikasikan secara kredibel dana hati-hati. Ia juga mewaspadai tekanan di pasar SBN. Meningkatnya Fed Fund Rate bisa mendorong kenaikan suku bunga di 2022, dengan yield SBN tenor sepuluh tahun diperkirakan antara 6,81-8,73 persen pada akhir 2022.
ADVERTISEMENT
"Ini harus disikapi dengan postur APBN yang makin sehat sehingga tidak mengalami tekanan akibat adanya cost of fund yang naik," kata Sri Mulyani.