Sri Mulyani Turunkan Defisit APBN Rp 100 T, Penerbitan Surat Utang Berkurang

23 Maret 2022 6:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pemerintah akan memangkas defisit APBN tahun ini sebesar Rp 100 triliun dari target. Adapun dalam APBN 2022, defisit ditargetkan sebesar Rp 868 triliun atau 4,85 persen dari produk domestik bruto (PDB). Dengan penurunan defisit tersebut, maka penerbitan surat utang pun akan berkurang.
ADVERTISEMENT
“Kita coba kurangi, tahun lalu kita sudah mengurangi issuance bonds kita. Defisit (2021) tadinya sekitar Rp 1.000 triliun turun jadi sekitar Rp 800 triliun. Tahun ini kita coba turunkan lagi, kemarin kita hitung-hitungan paling tidak Rp 100 triliun, mungkin bisa lebih," kata Sri Mulyani dalam Economic Outlook 2022 yang diadakan CNBC Indonesia, Selasa (22/3).
Dia melanjutkan, pemerintah memiliki tugas untuk mewujudkan konsolidasi fiskal, yakni mengembalikan defisit anggaran ke level 3 persen pada 2023 setelah diizinkan di atas 3 persen melalui UU Nomor 2 Tahun 2020.
APBN sempat mengalami tekanan luar biasa pada 2020 hingga defisit mencapai Rp 956,3 triliun atau 6,09 persen namun berhasil membaik ke level 4,65 persen atau sebesar Rp 783,7 triliun pada 2021.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani optimistis defisit tahun ini akan kembali turun. Hal ini karena adanya penerimaan negara yang terdorong oleh kenaikan harga komoditas.
Defisit juga akan turun karena pemerintah menjaga belanja dengan melakukan refocusing terhadap aspek yang lebih penting dan prioritas, sehingga Indonesia memiliki ruang yang bisa dipakai untuk mengurangi utang.
“Kita menjaga 3 tahun untuk defisit kembali ke 3 persen ini supaya eksposur Indonesia terhadap utang menurun pada saat muncul tantangan interest rate yang tinggi,” ujar Sri Mulyani.
Selain itu, penurunan defisit ini dapat dilakukan seiring pondasi ekonomi mulai membaik meski terdapat risiko ancaman dari kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed). Pemerintah juga masih mempunyai Surat Keputusan Bersama (SKB) III dengan Bank Indonesia untuk membiayai defisit.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani menjelaskan, selama ini BI melakukan gotong-royong dengan pemerintah dari mulai menjadi standby buyer sampai private placement khusus mengenai bantalan sosial dan masalah kesehatan.
“Ini memberikan space dan Indonesia masih mempunyai pilihan pinjaman yang tidak melalui market di mana suku bunga naik, yield naik, harga jatuh,” tambahnya.