Startup Unicorn dan Decacorn di Indonesia Tak Segera IPO, Apa Penyebabnya?

16 September 2021 18:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/10). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/10). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan perusahaan rintisan atau startup di Indonesia sangat pesat dalam satu dekade terakhir. Indonesia sudah memiliki beberapa startup unicorn yaitu perusahaan dengan valuasi mencapai USD 1 miliar, dan decacorn dengan valuasi mencapai USD 10 miliar.
ADVERTISEMENT
Namun dengan valuasi fantasis tersebut, faktanya belum marak startup unicorn ataupun decacorn yang masuk ke pasar modal. Saat ini, baru Bukalapak yang melakukan IPO di pasar saham.
Head of IDX Incubator ,Aditya Nugraha, mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan startup tidak terlalu agresif untuk masuk ke pasar saham.
"Alasannya belum banyak startup IPO yang pertama adalah market conduct. Keputusan untuk IPO dan masuk bursa itu sebuah keputusan strategic," ujar Aditya dalam Webinar Amvesindo Perjalanan Startup Menuju IPO, Kamis (16/9).
Artinya masing-masing unicorn dan decacorn memiliki level kesiapan internal yang berbeda-beda untuk melantai di pasar modal. Dengan kata lain, keputusan IPO tidak bisa dipaksakan. Namun harus datang dari kesiapan masing-masing startup.
ADVERTISEMENT
"Mungkin untuk Bukalapak dan tim sudah sampai di satu titik kesepakatan oke kita akan akses pasar modal. Lalu mereka mulai kontak Mandiri Sekuritas dan masuk persiapan untuk IPO," ujarnya.
Kemudian alasan lain yang membuat IPO perusahaan rintisan belum menjadi tren adalah soal regulasi dan payung hukum. Menurut Aditya banyak startup di Indonesia tidak memiliki badan hukum yang sesuai dengan ketentuan pasar modal dalam negeri. Sehingga tidak heran jika banyak startup justru melirik pasar saham di negara lain.
"Juga pooling fundnya tidak ada di Indonesia. Ini menjadi challenge juga ketika mereka pada akhirnya memutuskan untuk IPO di luar negeri," ujarnya.
Ilustrasi perencanaan startup. Foto: Pixabay
Meski demikian Aditya memastikan Bursa Efek Indonesia (BEI) akan selalu terbuka dengan perkembangan industri startup. Artinya BEI juga akan terus memperbarui regulasi agar bisa adaptif dengan kondisi saat ini.
ADVERTISEMENT
“Kami open terhadap masukan, kami open terhadap perkembangan industri. Sehingga regulasi di pasar modal hari ini dapat terus adaptif sehingga mampu mengakomodasi para unicorn decacorn ini bisa IPO di market kita,” ujarnya.
Senada, Kepala Bagian Penilaian Perusahaan Jasa Keuangan OJK Pasar Modal Nurkhamid mengatakan IPO merupakan keputusan bisnis masing-masing startup. Sehingga regulator pun tidak bisa memaksakan sebuah perusahaan untuk segera melakukan aksi korporasi.
"Yang bisa kami lakukan yaitu mengubah beberapa aturan untuk memfasilitasi unicorn dan decacorn tersebut untuk bisa masuk pasar modal," ujar Nurkhamid.