Strategi Bukit Asam Hadapi Pandemi: Dari Efisiensi hingga Cari Pasar Ekspor Baru

30 September 2020 14:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang batu bara Foto: Sigid Kurniawan/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang batu bara Foto: Sigid Kurniawan/Antara
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 membuat kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terdampak. Mulai dari laba bersih yang anjlok, hingga produksi dan penjualan yang menurun.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin, mengatakan di semester II 2020 perseroan bakal berusaha agar pada kinerjanya bisa membaik. Salah satunya melakukan efisien.
"Kami melakukan efisiensi. Kedua, efisiensi dan ketiga efisiensi. Harga kami enggak bisa kontrol. Masih banyak peluang efisiensi baik operasional maupun operasional," ungkap Arviyan dalam konferensi pers virtual, Rabu (30/9).
Namun Arviyan memastikan bahwa meski perseroan harus efisiensi, pihaknya tidak akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawan.
Menurut dia, efisiensi yang dimaksud adalah memangkas biaya-biaya yang bukan prioritas seperti menurunkan biaya operasional, menurunkan harga pokok produksi (HPP) dan biaya usaha.
"Tapi tidak melakukan pengurangan karyawan maupun kesejahteraan. Biaya-biaya yang memang tidak begitu berpengaruh pada usaha dan produksi itu kami hentikan. PTBA juga sudah melakukan tim efisiensi, untuk lihat mana saja yang kami perbaiki untuk efisiensi," ujarnya.
Ilustrasi kapal tongkang membawa batu bara di sungai Mahakam. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Arviyan mengklaim langkah efisiensi ini sudah terbukti ampuh membuat perseroan bisa tetap meraup laba bersih Rp 1,3 triliun di enam bulan pertama. Padahal, permintaan dan harga batu bara anjlok akibat adanya pandemi virus corona.
ADVERTISEMENT
"Selama semester I 2020 ini, kita sekali lagi tidak berhenti bersyukur bahwa di tengah pandemi ini, PTBA masih diberikan kinerja yang positif," jelasnya.
Selain langkah efisiensi, perseroan juga mencari pasar-pasar ekspor batu bara yang baru seperti Kamboja hingga Pakistan yang saat ini masih membutuhkan batu bara.
"Kalau market, marketing juga usaha untuk mencari pasar baru. Seperti Kamboja, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka yang masih mempunyai kebutuhan batubara. Pasar ini masih ada dan harga relatif lebih baik," katanya.