Untitled Image

Strategi Efisiensi Energi SIG lewat Teknologi WHRPG

27 Oktober 2021 17:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kemajuan teknologi membawa banyak kemudahan bagi umat manusia. Contoh paling sederhananya bisa kita lihat dari terciptanya listrik sebagai penerangan dan sumber energi untuk elektronik dan gadget yang kita pakai. Atau teknologi transportasi untuk mempermudah aktivitas bepergian.
Di sisi lain, segala kenyamanan tersebut juga membawa dampak kurang mengenakkan. Semakin padatnya mobil berbahan bakar bensin di jalanan, penggunaan listrik yang kurang bijak, hingga aktivitas lain yang menghasilkan emisi karbon tanpa disadari, ikut memperparah efek rumah kaca.
Sebenarnya, gas rumah kaca dibutuhkan atmosfer untuk menjaga suhu bumi tetap stabil. Namun saat konsentrasi gas rumah kaca meningkat, kondisi ini akan memicu peningkatan suhu bumi yang berujung pada pemanasan global. Lebih jauh lagi, pemanasan global juga akan memicu terjadinya perubahan iklim yang menyebabkan bencana alam dan ketidakseimbangan ekosistem global.
United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), melaporkan, suhu di permukaan bumi sudah naik rata-rata sebesar satu derajat Celsius sejak awal revolusi industri pada 1700-an. Bila tidak segera ditangani, dikhawatirkan suhu bumi akan naik hingga 3,5 derajat Celsius pada akhir 2100.
Kinerja PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018 Foto: Dok: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
Melalui Conference of Parties (COP) 15 tahun 2009, Pemerintah Indonesia pun telah menyatakan komitmennya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dengan target hingga 41 persen atau sebesar 1,081 juta ton CO2 pada 2030 mendatang. Berbagai program mitigasi pun dilakukan, termasuk meningkatkan sumber pendanaan untuk pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan.
Pendanaan tersebut dilakukan salah satunya untuk pembentukan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup dan SDG Indonesia One yang bertujuan mempertemukan berbagai program dengan dengan sumber dananya baik dari APBN, mitra pembangunan, badan usaha, filantropi, individu dan lembaga multilateral.
Tidak hanya pemerintah, persoalan mengenai efek rumah kaca ini juga menjadi prioritas PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG). Sejak 2005, SIG menetapkan strategi “Manage Energy Security” untuk efisiensi energi dalam rangka mengurangi efek emisi karbon.
Salah satunya melalui pemanfaatan teknologi Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG) sebagai pembangkit listrik yang diterapkan di Pabrik Indarung V Semen Padang pada 2011 dan Pabrik Tuban I-IV sejak 2018. Teknologi WHRPG mampu memanfaatkan panas gas buang dari proses pembakaran/proses produksi sebagai pembangkit listrik.

Inisiatif Efisiensi Energi dengan WHRPG

Proses pembakaran bahan baku di rotary kiln dengan suhu sekitar 1.400 derajat celcius. Foto: Dok. SIG
Produksi semen terbilang panjang sehingga membutuhkan energi dan biaya yang besar. Bukan tanpa alasan, ada enam tahapan yang harus dilewati untuk memproduksi semen, dimulai dari raw material preparation, raw material grinding, blending silo, pyro process, cement grinding, cement silo dan yang terakhir cement packing.
Dari tahapan tersebut, proses pyro process merupakan tahapan yang memerlukan energi paling besar. Bukan tanpa alasan, di tahap awal ini, bahan baku semen harus dibakar dengan suhu mencapai 1.400 derajat Celsius.
Proses pembakaran dengan temperatur yang sangat tinggi tersebut ternyata menghasilkan produk berupa gas sisa pembakaran dan energi panas. Dengan teknologi WHRPG, pabrik dapat mengubah gas sisa tersebut menjadi energi listrik yang kemudian dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan produksi pabrik semen.
Pemanfaatan teknologi WHRPG milik SIG di Pabrik Tuban bisa menghasilkan listrik sebesar 40.932 MWh yang jika dikonversikan, maka dapat mengurangi penggunaan listrik PLN sebesar 152 juta KWh per tahunnya sekaligus menekan emisi CO2 sebesar 122 ribu ton per tahun.
Teknologi WHRPG di Pabrik Indarung, Sumatera Barat. Foto: Dok. SIG
Sedangkan di Pabrik Indarung V Semen Padang, mampu menghasilkan listrik sebesar 35.871 MWh yang berarti dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 43 ribu ton per tahun, dan pengurangan emisi partikulat sebesar 51 persen.
Pemanfaatan teknologi WHRPG ini menjadi salah satu langkah nyata untuk mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk memenuhi target penurunan emisi gas rumah kaca hingga tahun 2030, dan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengurangan Emisi CO2 Industri Semen di Indonesia.
Hasilnya, pada 2020, SIG berhasil mereduksi gas rumah kaca absolut sebesar lebih dari 3,03 juta ton CO2, atau 9,94 persen lebih rendah dibanding tahun 2019. Intensitas emisi karbon juga menurun sampai dengan 607 kg/ton cement equivalent.
Pada 2024 mendatang, SIG juga telah menetapkan target reduksi gas rumah kaca dan intensitas emisi selama proses produksi sebesar 595 CO2/ton cement equivalent. Selain efisiensi biaya listrik, pembangunan WHRPG ini juga membuktikan bahwa SIG merupakan korporasi yang ramah lingkungan
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan SIG
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten