Strategi Sri Mulyani Tarik Utang saat Kondisi Global Tak Tentu

29 Januari 2019 15:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) memberikan keterangan pers terkait Komite Stabilitas Sistem Keuangan. (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) memberikan keterangan pers terkait Komite Stabilitas Sistem Keuangan. (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah akan tetap mengandalkan pembiayaan melalui instrumen utang untuk menutup defisit anggaran. Ongkos pembiayaan yang murah dan aman akan terus diutamakan sebagai salah satu strategi pemerintah di tengah kondisi global yang tak menentu.
ADVERTISEMENT
Adapun di akhir tahun lalu, pemerintah telah melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi valuta asing (valas) untuk pembiayaan di tahun ini (prefunding) sebesar USD 3 miliar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, pihaknya akan tetap melihat kondisi market di dalam maupun luar negeri untuk menerbitkan instrumen surat utang, baik itu berdenominasi rupiah maupun valas. Adapun hal utama yang akan diperhatikan pemerintah adalah melihat ongkos pembiayaan (cost of fund), dengan cara memberikan imbal hasil (yield) yang menarik dan sesuai dengan situasi.
Pemerintah sendiri ingin memberikan yield yang menarik bagi investor. Namun semakin tinggi yield yang diberikan pemerintah, maka ongkos membayarnya di APBN akan semakin meningkat.
"Pertama tren cost of fund-nya, karena dari luar negeri seperti The Fed sudah menaikkan suku bunga dan BI juga melakukan adjustment. Kami tentu harus melakukan strategi bagaimana mendapatkan pendanaan yang paling aman dan paling murah," ujar Sri Mulyani di kantornya, Jakarta, Selasa (29/1).
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap menyampaikan keterangan pers terkait Komite Stabilitas Sistem Keuangan. (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap menyampaikan keterangan pers terkait Komite Stabilitas Sistem Keuangan. (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, pihaknya juga akan melakukan diversifikasi instrumen agar kebutuhan pembiayaan di dalam negeri bisa tetap terpenuhi. Contohnya penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel yang akan dilakukan sepuluh kali di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani mengatakan, dengan memperluas basis investor dalam negeri, maka pembiayaan melalui SUN nantinya tak lagi dipengaruhi kondisi global.
"Kami sekarang masuk dengan ritel juga karena kami ingin meningkatkan basis investor dari SUN. Kalau basis investor makin luas, terutama di kelompok milenial, maka kita sudah membuat komunitas investor di Indonesia yang lebih kuat, sehingga tidak mudah terombang-ambing apabila ada sentimen global," jelas dia.
Selanjutnya, Sri Mulyani pun memastikan pembiayaan yang dilakukan pemerintah tak akan membuat APBN tekor. Apalagi defisit anggaran ditargetkan akan terus mengecil.
"Kami juga menurunkan apa yang disebut kompetisi atau crowding out dari sektor swasta. Semua kita lakukan dan kita bahas secara detail, bukan hanya dari sisi jumlah likuiditas dan pendalaman market yang mampu menyerap pembiayaan kami, tapi juga pembiayaan swasta," tambahnya.
ADVERTISEMENT