Suku Bunga BI Dinilai Memberatkan, Apindo Minta Relaksasi Kredit Diperpanjang

23 September 2022 7:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana bazar UMKM di Terowongan Kendal, Jakarta Pusat, Sabtu (25/6/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana bazar UMKM di Terowongan Kendal, Jakarta Pusat, Sabtu (25/6/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga 50 basis poin menjadi 4,25 persen di bulan ini. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta agar otoritas keuangan memberikan insentif kepada para pelaku usaha, salah satunya perpanjangan relaksasi kredit bagi dunia usaha.
ADVERTISEMENT
Adapun kebijakan restrukturisasi kredit yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu akan berakhir pada Maret 2023. Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi Apindo Ajib Hamdani mengatakan, jika relaksasi kredit ini tidak diperpanjang justru dapat memberatkan dunia usaha.
"Seharusnya pemerintah lebih fokus dengan pemberian insentif agar terjadi pengurangan biaya-biaya dan kemudahan produksi, sehingga efek inflasinya tetap bisa terjaga. Misalnya kebijakan relaksasi kredit untuk dunia usaha yang kembali diperpanjang karena narasi besar atas potensi inflasi," ujar Ajib dalam keterangannya, Jumat (23/9).
Menurutnya, relaksasi kredit bisa memberikan sedikit napas bagi pelaku usaha di tengah banyaknya kebijakan pemerintah yang dinilai memberatkan dunia usaha. "Dengan pola pembiayaan yang lebih terukur dan managable, dunia usaha akan mempunyai fleksibilitas," kata Ajib.
ADVERTISEMENT
Dia melanjutkan, kenaikan suku bunga menambah disinsentif dalam dunia usaha. Sebab menurut Ajib, saat ini pemerintah juga sudah memberikan disinsentif bagi pengusaha untuk menyelamatkan fiskal, mulai dari kenaikan tarif PPN menjadi 11 persen hingga terakhir menaikkan harga BBM subsidi.
"Ketika pemerintah secara agresif melakukan penyelamatan fiskal dengan banyak disinsentif ke dunia usaha, selanjutnya kembali membuat kebijakan dari sisi moneter yang membuat dunia usaha kembali mengalami tekanan, dengan potensi melemahnya konsumsi," kata Ajib.
Menurut Ajib, ada dua hal yang perlu dimitigasi dengan baik dari kebijakan suku bunga BI. Yaitu, pertumbuhan ekonomi yang akan terkoreksi dan inflasi yang tetap merangkak naik.
Hingga akhir tahun ini, Apindo memproyeksi pertumbuhan ekonomi cenderung akan bergerak di angka 5 persen. Namun, ancaman inflasi dan suku bunga yang terus meningkat disebut akan berimbas ke pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Tetapi yang bahaya adalah ketika inflasi yang terjadi di atas pertumbuhan ekonomi. Karena ketika kondisi tingkat inflasi di atas pertumbuhan ekonomi terjadi, maka secara substantif kesejahteraan masyarakat akan turun dan terkorbankan," tambahnya.