Suku Bunga BI Sudah Paling Rendah Sepanjang Masa, Bunga KPR Kok Masih Tinggi?

2 Desember 2020 16:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi KPR untuk milenial. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi KPR untuk milenial. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga acuan 125 basis poin atau 1,25 persen sepanjang tahun ini. Bunga acuan BI saat ini sebesar 3,75 persen merupakan yang paling rendah sepanjang masa.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, penurunan suku bunga ini belum sepenuhnya direspons oleh perbankan. Bunga bank masih tinggi, utamanya Kredit Peminjaman Rumah (KPR).
Berdasarkan daftar Suku Bunga Dasar Kredit di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per akhir Oktober 2020, rata-rata bunga KPR masih tinggi, bahkan hingga double digit.
Bunga KPR di BRI sebesar 9,9 persen. Sementara di Bank Mandiri sebesar 10 persen, BNI sebesar 10,15 persen, Bank BTN sebesar 10,5 persen, dan BCA sebesar 8,75 persen.
Direktur Riset Core Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, respons perbankan dalam menurunkan bunga berbeda-beda. Menurutnya, suku bunga acuan adalah harga likuiditas.
"Jadi meskipun suku bunga acuan sudah menurun, ketika likuiditas masih dirasakan ketat, maka suku bunga akan tetap tinggi," kata Piter kepada kumparan, Rabu (2/12).
ADVERTISEMENT
Saat ini, kondisi likuiditas perbankan pun berbeda. Untuk bank BUKU 4, likuiditas cukup berlimpah. Sementara bank kecil BUKU 1 dan 2 masih mengalami likuiditas yang ketat.
"Sehingga mereka harus bersaing menawarkan suku bunga tinggi untuk mendapatkan DPK (Dana Pihak Ketiga). Oleh Karena Itu, suku bunga kredit tertahan tinggi dan sulit untuk turun, termasuk suku bunga KPR," jelasnya.
Direktur Finance, Planning, and Treasury Bank BTN Nixon L.P Napitupulu menyebut, bunga KPR di perbankan yang fokus pada sektor perumahan itu sudah rendah. Bahkan bunga KPR subsidi sebesar 5 persen sepanjang usia kredit.
"Sudah rendah. KPR subsidi kan fixed 5 persen sepanjang usia kredit dan 60 persen KPR kita di sana. Kalau nonsubsidi sudah kita turunkan terus, yield kita di sana sudah turun lebih dari 1 persen," ujar Nixon.
ADVERTISEMENT
Executive Vice President of Consumer Loan Division BCA, Felicia M Simon, mengatakan bahwa pihaknya sudah menurunkan bunga floating 0,5 persen dari akhir 2019 ke level 11 persen saat ini.
"BCA juga telah memberikan keringanan bunga bagi nasabah, dengan program promo bunga tetap 5,88 persen selama tiga tahun," jelasnya.
Pekerja melintas di depan Rumah untuk Milenial yang baru dibangun di kawasan Anduring, Padang, Sumatera Barat. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, berharap perbankan bisa menurunkan suku bunga mereka. Menurutnya, selama ini penurunan bunga acuan BI tidak selalu diikuti dengan penurunan bunga bank.
Ali menjelaskan, bunga KPR yang diklaim sudah turun oleh pihak bank itu hanyalah bunga promo atau subsidi dari pengembang, sehingga terlihat rendah. Padahal, bunga KPR itu masih tinggi.
"Semua bilang sudah rendah sampai 7 persen, tetapi itu bunga promo fixed 1 tahun hingga 2 tahun. Kalau mereka turunin bunga acuannya, harusnya bisa lebih rendah dari itu," jelas Ali.
ADVERTISEMENT
Tak hanya dari sisi konsumen, para pengembang properti pun ‘menjerit’ dengan tingginya bunga pinjaman bank untuk konstruksi.
"Pengembang memperoleh pinjaman dengan dengan suku bunga 11,5 persen sampai 12,5 persen, ini cukup tinggi dibandingkan bunga acuan BI saat ini," tuturnya.
"Kami berharap bank mau menurunkan bunga kreditnya. Kami juga berharap Bank Indonesia dan OJK dapat memberi teguran kepada pihak perbankan untuk ikut juga menurunkan suku bunga mereka dalam kondisi saat ini," tambahnya.