Suku Bunga BI Sudah Terendah, Kenapa Bunga KPR Masih Tinggi?

5 Oktober 2021 16:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rumah dengan KPR bersubsidi. Foto: Dok. Kementrian PUPR
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah dengan KPR bersubsidi. Foto: Dok. Kementrian PUPR
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga atau BI 7 Days Reverse Repo Rate hingga saat ini menjadi 3,5 persen, terendah sepanjang masa. Meski demikian, penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan masih terbatas.
ADVERTISEMENT
Rata-rata SBDK bank ada di level 8,81 persen per Juli 2021, turun tipis dari 8,82 persen pada bulan sebelumnya. Untuk SBDK Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di beberapa bank juga masih tinggi, bahkan mencapai double digit.
Mortgage Department Head Bank BTN, Hanafi mengatakan, penurunan suku bunga kredit itu tergantung kesiapan perbankan itu sendiri. Ia pun menyebut suku bunga KPR BTN itu sudah turun. Adapun berdasarkan data OJK, SBDK KPR BTN per Agustus 2021 sebesar 7,25 persen.
"Terkait masalah tadi (suku bunga KPR), internal BTN sangat tergantung pada kesiapan kita. Tadi sudah diulas detail, tapi kalau kita lihat dinamika suku bunga, misalkan kita sudah turunkan dari 4,75 jadi 4,5, artinya kita berupaya juga untuk melihat dan mengikuti keinginan konsumen," ujar Hanafi.
ADVERTISEMENT
Menurut pengalamannya bersama BTN, penetapan bunga KPR berada dalam posisi volatil, yang berarti tergantung terhadap target segmen dan kebutuhan nasabah yang mengajukan kredit.
“Perlu kita sadari bahwa semuanya tergantung, kalau kita bicara soal segmen, tak melulu semua orang berbicara soal suku bunga. Ini pengalaman BTN sendiri, ada segmen tertentu yang tidak memikirkan suku bunga, yang penting bagaimana kredit mereka approve, disetujui,” lanjutnya.
Selain itu, ada pula aspek persaingan antar bank yang membuat bunga KPR cenderung bertahan di posisi tinggi. Hanafi membenarkan bahwa penyesuaian inilah juga yang dilakukan oleh perbankan.
“Ya, tentu, dalam aspek persaingan kami melihat masalah hubungan, ini jadi perhitungan kami. Tapi kembali lagi, yang menjadi kuncinya adalah layanan, jadi kami bisa melihat kebutuhan konsumen dan pengembang yang baru,” tutup Hanafi.
ADVERTISEMENT