Sumbangan Bank Indonesia ke Penerimaan Negara Bukan Pajak Meroket

21 Juni 2019 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Uang Rupiah Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Uang Rupiah Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) hingga akhir bulan lalu mulai menunjukkan peningkatan. Hal ini didorong oleh surplus dari Bank Indonesia (BI) yang masuk dalam sektor kekayaan negara yang dipisahkan (KND).
ADVERTISEMENT
Adapun per Mei 2019, PNBP mencapai Rp 158,4 triliun, meningkat 8,61 persen dari periode yang sama dibandingkan tahun lalu atau year on year (yoy). Pertumbuhan ini melambat dibandingkan Mei 2018 yang tumbuh hingga 18,66 persen (yoy).
Berdasarkan sektornya, pendapatan dari KND mencapai Rp 44,91 triliun atau tumbuh 41,03 persen (yoy). Angka ini meroket dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang turun 14,08 persen (yoy).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, capaian PNBP tersebut belum menunjukkan hal yang positif. Sebab, sektor KND ini didukung oleh surplus BI.
"Untuk kenaikan tinggi bulan Mei disebabkan karena adanya pembayaran PNBP yang berasal dari Bank Indonesia yaitu pendapatan surplus Bank Indonesia. Masuk kategori pendapatan dari kekayaan yang dipisahkan," ujar Sri Mulyani di kantornya, Jakarta, Jumat (21/6).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, PNBP yang berasal dari sumber daya alam (SDA) seperti migas hanya mencapai Rp 51,38 triliun atau hanya tumbuh 1,54 persen (yoy), jauh melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 43,63 persen (yoy). Sementara PNBP nonmigas hanya Rp 13,6 triliun atau turun 4,74 persen (yoy), padahal di Mei 2018 PNBP nonmigas tumbuh hingga 25,6 persen (yoy).
Ilustrasi Bank Indonesia Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Selain itu, PNBP lainnya mencapai Rp 42,2 triliun atau tumbuh 2,93 persen (yoy), melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 10,59 persen (yoy). Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) mencapai Rp 18,3 triliun, tumbuh 10,25 persen (yoy), melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mampu tumbuh 22,38 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
"Kenaikan ini tidak bisa kita interpretasikan sebagai sesuatu yang positif dari sumber-sumber tradisional ada, yaitu sumber daya alam atau BLU," katanya.
Sri Mulyani bilang, tanpa kontribusi Bank Indonesia pertumbuhan PNBP sebetulnya datar atau flat. Apalagi harga minyak dan batu bara masih tertekan.
Adapun harga batu bara acuan (HBA) Januari-Mei 2019 sebesar USD 89,1 per ton, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 96,47 per ton. Sementara harga minyak mentah Indonesia atau ICP sejak Januari-Mei 2019 mencapai USD 63,5 per barel.
"PNBP tanpa adanya dari BI sebetulnya masih flat, dilihat dari rata-rata ICP, batu bara masih mengalami tekanan," tambahnya.