Survei: 65,3 Persen Responden Nilai Ekonomi RI Masih Buruk Akibat Corona

18 Oktober 2020 16:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pujasera di mall Senayan City, Jakarta, Senin (14/9/2020). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pujasera di mall Senayan City, Jakarta, Senin (14/9/2020). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei mereka terkait kondisi ekonomi nasional selama masa pandemi corona periode 24-30 September 2020 kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia. Temuannya, sebanyak 55 persen masyarakat Indonesia masih menganggap kondisi ekonomi nasional masih buruk dan 10,3 persen sangat buruk.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, meski mayoritas masyarakat Indonesia masih menganggap kondisi ekonomi Indonesia buruk. Tapi trennya turun dibandingkan kondisi saat Mei dan Juli 2020.
"Jadi yang mengatakan buruk naik tajam di Mei 81 persen, tapi kecenderungannya turun di Juli 69,2 persen, Terakhir di September 65,3 persen (gabungan buruk dan sangat buruk). Jadi meskipun mayoritas masih gelap gulita prospek ekonomi nasional, tapi kondisi di September tidak seburuk dibandingkan Mei," kata Burhanuddin dalam diskusi Indikator secara virtual, Minggu (18/10).
Burhanuddin menjelaskan hasil survei 65,3 persen kondisi ekonomi Indonesia masih buruk berasal dari berbagai persepsi. Salah satunya persepsi dari sisi latar belakang peserta survei, sebanyak 55 persen dari kalangan lulusan perguruan tinggi. Sedangkan 40 persen dari lulusan SD.
Pedagang dan pembeli bertransaksi pakaian di Pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta, Selasa (30/6). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
Dari sisi wilayah, warga Jakarta cenderung mengatakan ekonomi nasional buruk sekali sebanyak 87,4 persen. Wilayah lainnya, juga tetap tinggi di atas 50 persen.
ADVERTISEMENT
Dari sisi pendapatan rumah tangga pasca pandemi, pada Mei 2020 sebanyak 86,1 persen masyarakat mengatakan pendapatannya turun. Tapi trennya terus turun pada Juli menjadi 75,7 persen, dan September 66,6 persen.
"Jadi masih mayoritas di atas 50 persen, meskipun di September sudah turun jadi 66,6 persen dan masih lebih baik ketimbang Mei hingga 86 persen," katanya.
Lalu, dilihat dari latar pendidikan, mereka yang pendidikan SD dan SMP cenderung mengatakan pendapatannya turun. Untuk lulusan SD, mengatakan 72,4 persen dan SMP 76,2 persen. Lalu, lulus universitas sebanyak 57,9 persen.
"Jadi di sini yang paling terpukul adalah kelas menengah ke bawah. Jadi kita perlu berikan empati ke mereka sebab mereka masyarakat yang paling vulnerable misalnya tukang ojek atau siapa pun, tidak punya pilihan lain," ujar dia.
ADVERTISEMENT

Akibat Corona, 55 Persen Responden Susah Cari Makan

Survei Indikator Politik Indonesia menemukan, sebanyak 55 persen responden mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari akibat wabah corona. Survei nasional ini dilakukan terhadap 1.200 responden.
Burhanuddin mengatakan, selain kesulitan makan, pandemi juga membuat 12,3 persen responden kesulitan membiayai sekolah anaknya. Lalu, 11,5 persen responden kesulitan membeli kuota internet, 10,5 persen responden kehilangan pekerjaan, 2,9 persen responden kesulitan membayar cicilan rumah, dan 6,4 persen menjawab lainnya.
"Kesulitan terberat dari penurunan pendapatan apa? Kita tanya ternyata adalah makan sehari-hari 55 persen. Saya cukup terenyuh sebab ini bukan angka kecil, lebih dari separuh warga yang katakan kondisi ekonomi turun, jangankan internet untuk anak-anak mereka sekolah, untuk makan pun mereka susah," kata dia.
Pedagang melayani pembeli di Warteg Subsidi Bahari kawasan Jalan Fatmawati, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir
Burhanuddin mengatakan, temuan itu berasal dari jawaban terhadap responden yang merasakan pendapatannya turun akibat corona. Kata dia, pada responden yang berpenghasilan di bawah Rp 2 juta per bulan, sebanyak 77 persen mengatakan kondisi ekonominya memburuk.
ADVERTISEMENT
Lalu, responden yang penghasilannya antara Rp 2 juta per bulan hingga Rp 4 juta per bulan, sebanyak 66,2 persen merasa kondisi ekonominya memburuk. Sedangkan responden yang berpenghasilan Rp 4 juta per bulan ke atas, hanya 32 persen yang merasa ekonominya memburuk.
"Jadi semakin rendah tingkat pendapatan, semakin turun kondisi ekonomi mereka pasca pandemi. Jadi pemerintah harus tepat lakukan mitigasi," kata dia.