Survei: 7 dari 10 Ibu Kesulitan Mengelola Keuangan di Masa Pandemi

24 Desember 2020 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas millenial KAI Commuter memberikan bunga dan healthy kit kepada perempuan pengguna KRL Commuter Line di Stasiun Jatinegara Baru, Jakarta, Selasa (22/12). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas millenial KAI Commuter memberikan bunga dan healthy kit kepada perempuan pengguna KRL Commuter Line di Stasiun Jatinegara Baru, Jakarta, Selasa (22/12). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Mengelola keuangan menjadi tantangan yang harus dihadapi ibu-ibu di masa pandemi COVID-19. Setidaknya 7 dari 10 ibu mengaku kesulitan mengelola keuangan. Sementara hanya 1 dari 10 ibu yang benar-benar melakukan pencatatan keuangan selama pandemi.
ADVERTISEMENT
Data tersebut berdasarkan survei yang dilakukan platform digital, OVO, menjelang hari ibu. Survei itu dilakukan kepada 367 responden di Jabodetabek dan sekitarnya.
Para ibu dihadapkan pada kenyataan bahwa salah satu hal yang terpenting untuk dilakukan dalam menghadapi situasi pandemi saat ini adalah menyiapkan dana darurat. Sayangnya, setengah dari para ibu yang menjadi responden survei mengakui mereka tidak memiliki dana darurat.
Di saat yang bersamaan, ibu yang memiliki dana darurat mengungkapkan mereka merasa terbantu adanya dana tersebut karena dapat digunakan untuk menutupi pengeluaran harian selama pandemi.
Selain dana darurat, dana untuk asuransi dan investasi juga sepatutnya menjadi hal utama yang disiapkan dalam menghadapi masa pandemi. Tapi ternyata hanya 3 dari 10 ibu yang mengalokasikan dana untuk asuransi, dan hanya 8 persen ibu yang menganggap investasi sebagai prioritas dalam pengelolaan keuangan keluarga.
ADVERTISEMENT
Head of Corporate Communications OVO, Harumi Supit, mengatakan dengan temuan survei itu OVO merasa tergerak untuk mengajak masyarakat agar lebih menghargai peran ibu. Ia menegaskan bukan perkara mudah bagi para ibu dalam mengelola keuangan karena harus bersamaan mengurus berbagai hal di rumah tangga.
Perencanaan keuangan Foto: Pixabay
Meski begitu, Harumi mengungkapkan literasi keuangan khususnya untuk para ibu harus terus dilakukan. Sehingga berdampak positif ke keluarga.
“Dengan rendahnya tingkat literasi keuangan, yang baru 38 persen, khususnya pada wanita di Indonesia, kami berharap edukasi mengenai literasi keuangan, termasuk manfaat keuangan digital yang selama ini dilakukan oleh OVO, bisa memberikan dampak positif bagi para ibu agar lebih baik dalam mengatur keuangan keluarga selama pandemi,” kata Harumi berdasarkan keterangan tertulisnya, dikutip kumparan pada Kamis (24/12).
ADVERTISEMENT
“OVO terus mengupayakan agar manfaat keuangan dan layanan keuangan digital bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya para ibu. Sebab dengan literasi keuangan yang lebih baik, para ibu dapat mengatur keuangan keluarga dengan lebih mudah karena banyaknya akses keuangan yang tersedia,” tambahnya.
Sementara itu, Konsultan Perencana Keuangan, Prita Ghozie, tidak menampik hasil survei yang dilakukan oleh OVO. Berdasarkan pengalamannya di tengah situasi pandemi ini banyak kliennya yang mengeluhkan kesulitan pengelolaan keuangan.
Prita menjelaskan sebetulnya sebagai pengelola keuangan rumah tangga, para ibu tidak perlu panik dalam mengelola keuangan. Menurutnya terpenting dan harus dilakukan adalah menyusun rencana menabung dan rencana belanja.
“Berikutnya adalah disiplin dalam menjalankan rencana tersebut, karena dalam rumah tangga, seorang ibu itu bisa diibaratkan sebagai nakhoda yang harus mengelola arus keuangan keluarga. Dengan melakukan pengelolaan keuangan termasuk sudah memiliki proteksi yang jelas bagi keluarga,” terang Prita.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Prita mengakui di tengah pandemi COVID-19 semangat para ibu dalam berbisnis juga ada. Ia menganggap langkah itu menjadi salah satu solusi untuk menambah penghasilan. Namun, Prita menegaskan pembagian pos pengeluaran harus diperhatikan.
“Banyak juga klien kami yang bertanya bagaimana membagi pos-pos pengeluaran, setelah mendapatkan penghasilan tambahan. Ada yang merasa karena itu penghasilan tambahan, jadi bisa dipakai untuk hal-hal yang non-prioritas. Karena itu, kami menyarankan agar mulai menginvestasikan penghasilan tambahan mereka untuk tujuan masa depan ke pilihan aset investasi jangka panjang seperti instrumen pasar modal,” terang Prita.
Prita menganggap menggunakan aplikasi dompet digital dapat membantu pengelolaan keuangan. Sebab, kata Prita, para ibu jadi bisa melihat kembali belanja apa saja yang telah dilakukan.
ADVERTISEMENT
“Selain itu menggunakan dompet digital dapat membantu mengurangi risiko tertular virus karena transaksi yang minim kontak dan cashless,” ujar Prita.
Sebagai informasi tambahan hasil survei menunjukkan 2 dari 10 ibu memiliki kecenderungan untuk berbelanja di luar kebutuhan prioritas. Belum lagi, setengah dari ibu yang menjadi responden menyebut bila tidak memiliki dana darurat dan 5 dari 10 ibu menyatakan bahwa kesejahteraan hidup (well-being) tidak menjadi prioritas dalam keuangan keluarga mereka saat ini.
Tidak heran bila lebih dari setengah responden mengaku menggunakan dana darurat mereka untuk menutupi pengeluaran sehari-hari selama pandemi. Karena itu, 7 dari 10 ibu berharap mendapatkan bantuan dari perencana keuangan.