Survei BI: Konsumen Masih Pesimistis dengan Kondisi Ekonomi RI

6 Juli 2020 13:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi belanja di mal menggunakan masker. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belanja di mal menggunakan masker. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Konsumen Indonesia masih pesimistis terhadap kondisi perekonomian domestik. Hal ini tercermin dari survei Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dilakukan Bank Indonesia (BI) selama Juni 2020.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan BI, IKK Juni 2020 sebesar 83,8. Angka ini membaik 6 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 77,8.
Meski demikian, IKK tersebut masih mengindikasikan pesimis. Sebab IKK baru bisa dikatakan optimis jika nilainya di atas 100, sementara di bawah 100 merupakan zona pesimis.
“Meningkatnya IKK Juni 2020 ditopang oleh membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang, yang tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen yang mengalami peningkatan, dari 104,9 menjadi 121,8 di Juni 2020,” tulis laporan BI yang dikutip kumparan, Senin (6/7).
Sementara Indeks Kondisi Ekonomi saat ini masih berada pada level pesimis sebesar 45,8, bahkan menurun dari bulan sebelumnya 50,7.
Ilustrasi Bank Indonesia Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Secara kuartalan, IKK kuartal II 2020 sebesar 82,1. Angka ini jauh merosot dibandingkan kuartal I 2020 yang sebesar 117,7 maupun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu 127,6.
ADVERTISEMENT
Adapun di Juni 2020, seluruh konsumen yang disurvei, baik berdasarkan jenis kelamin, usia, hingga pengeluaran per bulan, mengalami kenaikan meskipun masih di level pesimis.
Konsumen dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan menunjukkan kenaikan IKK yang tertinggi, dari 71,6 pada Mei 2020 menjadi 88,4 di Juni 2020.
Sementara berdasarkan wilayahnya, IKK di DKI Jakarta menunjukkan kenaikan meski masih di level pesimis. IKK DKI Jakarta naik 16,8 poin menjadi 93,1 di Juni 2020.
Disusul oleh IKK di Mataram yang sebesar 90,3 di Juni 2020, naik 18 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Serta IKK di Bandung yang sebesar 89,5 atau naik 10,2 poin dari bulan sebelumnya.
Pada bulan lalu, keyakinan konsumen untuk pembelian barang tahan lama juga mengalami penurunan, dari 73,2 menjadi 66. Penurunan terjadi pada jenis barang elektronik, furnitur, dan perabot rumah tangga.
Ilustrasi belanja di tengah wabah corona. Foto: Nugorho Sejati/kumparan
Optimisme konsumen terhadap penghasilan yang didapatnya juga terus menurun, terutama pada kelompok konsumen yang berpenghasilan Rp 1-2 juta per bulan.
ADVERTISEMENT
“Ini disebabkan oleh PSBB yang masih diberlakukan di beberapa daerah dan berdampak pada penurunan penghasilan rutin maupun omzet usaha,” tulisnya.
Sejalan dengan keyakinan penurunan penghasilan dan pembelian barang tahan lama, optimisme konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja saat ini juga terus menurun. Hal tersebut karena banyaknya pekerja yang di PHK atau dirumahkan oleh perusahaan sebagai dampak COVID-19.
Penurunan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja terjadi di seluruh kategori pendidikan, utamanya pascasarjana yang indeksnya hanya 12,2. Pendidikan SLTA hanya 25,8 dan sarjana 24,1.
“Namun, ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja dalam enam bulan mendatang meningkat bahkan mencapai level optimis, sebesar 102,4 untuk pascasarjana; SLTA 118,6; dan sarjana 117,9,” tulis laporan tersebut.
ADVERTISEMENT
Survei konsumen dilakukan BI dengan melibatkan sekitar 4.600 rumah tangga di 18 kota. Metode survei pun disesuaikan karena adanya pandemi virus corona, seperti penyederhanaan kuesioner dan dilakukan melaui telepon.