Survei: Mayoritas Masyarakat Ragu Investasi China Bantu Ekonomi RI

9 Agustus 2020 17:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembangunan terowongan kereta cepat Jakarta-Bandung yang dilakukan PT KCIC. Foto: Dok. PT KCIC
zoom-in-whitePerbesar
Pembangunan terowongan kereta cepat Jakarta-Bandung yang dilakukan PT KCIC. Foto: Dok. PT KCIC
ADVERTISEMENT
Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) melakukan survei kepada 1.203 responden dengan menanyakan apakah jika investasi asing masuk Indonesia bakal membuat ekonomi dalam negeri membaik atau sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Ada tiga negara yang disebutkan dalam survei melalui sambungan telepon pada periode 29 Juli-1 Agustus 2020 yaitu China, Jepang, dan Malaysia.
Hasilnya, sebanyak 62 persen masyarakat Indonesia menyatakan tidak setuju dengan pendapat jika China investasi, maka ekonomi dalam negeri lebih baik.
“Sebanyak 30 persen menyatakan setuju jika investasi China masuk, ekonomi nasional akan lebih baik. Sisanya, 9 persen tidak tahu,” ujar Peneliti SMRC Saidiman Ahmad dalam paparannya di acara SMRC “Ekonomi COVID-19 dan Persepsi Publik tentang Investasi” secara virtual, Minggu (9/8).
Sementara persepsi masyarakat pada jika investasi Jepang masuk Indonesia akan membuat ekonomi RI membaik, sebanyak 41 persen setuju, 51 persen tidak setuju, dan 8 persen tidak tahu.
ADVERTISEMENT
Untuk investasi Malaysia, sebanyak 33 persen setuju, 58 persen tidak setuju, dan 9 persen tidak tahu.
“Jadi umumnya mereka kurang positif dalam menilai investasi luar negeri. Jepang lebih sedikit positif walaupun pada umumnya tidak setuju,” ujar Saidiman.
Sedangkan pandangan masyarakat terhadap semua investasi asing yang masuk (tanpa menyebutkan nama negaranya), sebanyak 54 persen tidak setuju, 37 persen, dan 9 persen tidak tahu.
“Intinya publik pada umumnya kurang positif dalam menilai investasi dari luar negeri ini,” ujarnya.

Kaitan dengan RUU Cipta Kerja

Sedangkan pada konteks RUU Cipta Kerja, sebanyak 42 persen setuju jika aturan tersebut disahkan akan membuka banyak lapangan pekerjaan. Sebanyak 39 persen menyatakan tidak setuju dan 19 persen tidak tahu.
ADVERTISEMENT
“Lalu yang setuju, apakah ekonomi Indonesia akan baik? Sebanyak 42 persen setuju, sebanyak 67 persen merasa hal itu baik, 29 persen merasa buruk, dan 4 persen tidak tahu,” ujarnya.
Lalu, jika RUU Cipta Kerja disahkan, maka banyak pengusaha dari negara mana buka lapangan kerja di Indonesia?
Berdasarkan survei, 34 persen setuju investasi China bakal banyak masuk Indonesia, 49 persen tidak setuju, dan 17 persen tidak jawab.
Sedangkan investasi Jepang, 41 persen setuju, 40 persen tidak setuju, dan 19 persen tidak tahu. Pada Malaysia, 36 persen setuju, 44 persen tidak setuju, dan 20 persen tidak tahu.
“Jadi lebih banyak yang menyatakan tidak setuju bahwa sejumlah negara ini jika RUU Cipta Kerja disahkan, maka makin banyak pengusaha 3 negara ini datang ke Indonesia,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dari sisi aspek tenaga kerja, jika RUU Cipta Kerja disahkan, sebanyak 36 persen setuju jika makin banyak pekerja dari China masuk Indonesia, 45 persen tidak setuju, dan sisanya tidak jawab.
Pada Jepang, 32 persen setuju, 49 persen tidak setuju, dan sisanya tidak menjawab. Lalu tenaga kerja Malaysia, 35 persen masyarakat sepakat, 47 persen tidak setuju, dan sisanya tidak menjawab.
“Umumnya warga tidak setuju dengan pernyataan jika RUU ini disahkan, 3 negara ini banyak yang bekerja di negara kita. Nampaknya persepsi, agak berbeda kasusnya. Dari yang setuju pengusaha akan masuk, umumnya mereka yang setuju menyatakan hal baik. Tapi untuk pekerja, umumnya mereka menyatakan buruk,” terang Saidiman.