Tahun Politik dan Suku Bunga Naik, Pengusaha Ritel Khawatir Daya Beli Turun

1 November 2023 20:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak belanja bersama ibu. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak belanja bersama ibu. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengusaha ritel mengkhawatirkan penurunan daya beli masyarakat jelang memasuki tahun politik di tahun 2024, nilai tukar rupiah yang saat ini melemah, serta kenaikan suku bunga Bank Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, menyebutkan penurunan daya beli masyarakat dapat terjadi apabila pemerintah tidak dapat menjaga kondusivitas selama kontestasi politik ini berlangsung.
"(Tren ritel) sangat tergantung dengan kondusivitas (tahun politik) ya, pemerintah harus menjaga kondusivitas artinya namanya pesta demokrasi pasti berpesta," kata Roy saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan pada Rabu (1/11).
Menurut dia, daya beli masyarakat dapat terganggu dengan adanya pesta demokrasi yang tidak kondusif, terlebih saat ini nilai tukar Rupiah tengah mengalami pelemahan.
"Karena kita tahu kita justru sekarang sekarang ini sedang mengalami tekanan rupiah, rupiah kita melemah ya sudah hampir Rp 16.000 (per USD 1) tadi barusan 1 jam lalu sekitar Rp 15.920 (per USD 1)," tambah Roy.
ADVERTISEMENT
Roy juga menyoroti langkah Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen. Roy berharap pemerintah segera menurunkan kembali suku bunga acuan seperti bulan-bulan sebelumnya pada angka 5,75 persen.
"Artinya apa? Dalam beberapa bulan akan ada adjustment bunga dan itu pasti akan membuat daya beli berkurang karena masyarakat akan membayar bunga yang naikin itu kan," imbuh Roy.
Ilustrasi belanja di supermarket. Foto: Dok. Istimewa
Hal ini dikarenakan menurutnya, industri yang mengandalkan bahan baku dan bahan baku penolong akan kelimpungan dengan tingginya suku bunga acuan ini.
Roy bilang, pelaku industri kemudian akan menyesuaikan harga jual produk sesuai dengan ongkos dan modal produksi. Sementara, daya beli masyarakat tengah terkoreksi oleh tingginya suku bunga acuan.
"Jadi perlu tetap konsisten pemerintah menggelontorkan bantuan langsung tunai, subsidi kepada masyarakat marginal dan memberikan ketenangan kondusivitas kepada masyarakat menengah ke atas sehingga mereka tidak menahan belanja atau mereka investor cabut uangnya," jelas Roy.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Roy mewanti-wanti pemerintah untuk tetap menjaga kondusivitas kontestasi politik 2024 untuk menjaga daya beli masyarakat.
"Sudah pasti (penahanan daya beli) pasti terjadi, cuman tinggal sekarang yang acara besarnya kan kita tahun politiknya kalau itu kondusif. Saya rasa waktu itu masih bisa tertanggulangi karena masyarakat ekonomi kita kan inflasi kita sudah rendah 2,2% kuartal III/2023 ketiga kemarin 5,1 pertumbuhan (ekonomi) jadi itu fundamental yang kuat surplus kita masih masih oke," papar Roy.