Target Produksi 635 Ribu Barel Minyak di 2024 Dinilai Sulit, Apa Kendalanya?

6 Januari 2024 17:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pengeboran Migas Pertamina. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pengeboran Migas Pertamina. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah menargetkan lifting minyak di 2024 bisa mencapai 635 ribu barel per hari. Namun, target produksi berdasarkan RAPBN 2024 tersebut dinilai sulit untuk dicapai.
ADVERTISEMENT
"Target lifting 2024 635 ribu bopd sangat tidak realistis dan berat untuk mencapainya. Kami para praktisi menyebutnya target politik. Top down bukan bottom up," kata pakar sekaligus praktisi migas, Hadi Ismoyo, kepada kumparan, Sabtu (6/1).
Ismoyo mengatakan setidaknya ada tiga hal yang menjadi kunci meningkatkan produksi minyak di Indonesia, yakni eksporasi yang masif, percepatan Enchanced Oil Recovery (EOR), dan optimasi sumur eksisting dengan manajemen tingkat penurunan produksi yang rendah. Sayangnya, sejumlah tantangan di lapangan masih banyak ditemukan.
"Iklim investasi yang tidak kondusif di masa lalu menyebabkan eksplorasi menurun. Belum ada discovery minyak dalam jumlah signifikan, walau sudah discovery gas di GEN, Timpan dan Layaran. Most of them K3S asing, di mana Pertamina? Padahal menguasai 70 persen WKP di Indonesia. Eksplorasi adalah kunci adanya produksi," ujar Ismoyo.
ADVERTISEMENT
Kendala lain adalah EOR yang masih lambat dan masih terlalu banyak konflik kepentingan. Selain itu, juga ada kendala koordinasi dan birokrasi antara wewenang Kementerian ESDM dengan KLHK, Kemenkeu, KKP, Kemenperin yang masih tumpang tindih.
"Jika 3 hal itu tidak dilaksanakan, akan sangat sulit meningkatkan produksi nasional, sementara itu kebutuhan BBM kita semakin meningkat sehingga beban negara akan semakin berat karena harus impor crude," kata dia.

Meningkatkan Kinerja Pertamina

Ismoyo juga memberikan catatan, agar bagaimana kinerja Pertamina bisa ditingkatkan untuk mengejar target produksi 1 juta barrel di tahun 2030.
"Malah Pertamina diminta membeli Masela yang gas. Sementara eksplorasi di Pertamina masih slow motion hanya berani di dekat-dekat mature basins. Agar mendapatkan giant discovery, Pertamina harus berani mencontoh Guyana yang dalam waktu 12 sampai 15 tahun start from zero di tahun 2027 nanti akan produksi 1,1 juta barrel oil," ungkap Ismoyo.
ADVERTISEMENT
Ismoyo menegaskan kuncinya adalah Pertamina harus berani eksplorasi minyak di basins baru. Dia mencatat ada sekitar 120 basins di Indonesia dan 50 persen belum dieksplorasi.
"Kita saat ini dalam kondisi kekurangan crude apalagi setelah RDMP di Balikpapan jadi. Butuh lebih banyak minyak dalam negeri untuk diolah. Pertamina sebagai tangan kanan pemerintah di bidang energi harus ambil peran utama untuk eksplorasi dalam menopang program 1 juta barrel. Jangan hanya mengandalkan K3S asing," ujar Ismoyo.
"Sistem organization capability dan decision proses Pertamina harus diperbaiki. Pilih team leader yang punya visi eksplorasi dan bukan titipan politisi," tambahnya.