Tarif 10 Ruas Tol Naik, Karena Kinerja Keuangan Perusahaan Pengelolanya Anjlok?

18 Januari 2021 13:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara jalan tol Pejagan-Pemalang ramai di Brebes Timur, Jawa Tengah, Sabtu (1/6). Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara jalan tol Pejagan-Pemalang ramai di Brebes Timur, Jawa Tengah, Sabtu (1/6). Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
ADVERTISEMENT
Sebanyak 10 ruas tol di Jawa, termasuk dua ruas tol di DKI Jakarta tarifnya naik per Minggu (17/1). Tak hanya itu, Tol Layang Jakarta-Cikampek (Japek) yang sebelumnya gratis, juga mulai berbayar. Tol-tol yang tarifnya naik ini dikelola PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Waskita Toll Road, dan PT Hutama Karya (Persero).
ADVERTISEMENT
Ada enam ruas tol yang dikelola Jasa Marga dan anak usahanya, yakni Jakarta Outer Ring Road (JORR), Cikampek-Padalarang (Cipularang), Padalarang-Cileunyi (Padaleunyi), Semarang Seksi A, B, C, Palimanan-Kanci (Palikanci), serta Surabaya-Gempol.
Ruas tol yang dikelola PT Waskita Toll Road (WTR) yakni Pejagan-Pemalang dan Tol Kanci-Pejagan. Sementara yang dikelola Hutama Karya adalah tol JORR Pondok Pinang-TMII dan Akses Tanjung Priok (ATP).
Kenaikan tarif ini ternyata bersamaan dengan penurunan laba bersih ketiga perusahaan yang mengelola kesepuluh tol tersebut. Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, Senin (18/1), pada kuartal III 2020, JSMR mencatatkan laba bersih Rp 157,6 miliar. Angka ini anjlok 89,5 persen dibanding laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 1,5 triliun.
ADVERTISEMENT
Pendapatan JSMR di kuartal III 2020 juga turun 50,13 persen menjadi Rp 10,54 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya perseroan mengantongi pendapatan sebesar Rp 21,15 triliun.
Adapun pendapatan perseroan yang terdiri atas pendapatan tol, juga turun menjadi Rp 6,25 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 7,36 triliun.
Sementara itu, hingga kuartal III 2020, WSKT justru mencatatkan rugi bersih Rp 2,63 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, WSKT masih mencatatkan laba bersih Rp 1,15 triliun.
Sejumlah kendaraan melintas di tol Jakarta-Cikampek layang (elevated), Bekasi, Jawa Barat, Jumat (1/1). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO
Adapun pendapatan usaha WSKT tercatat Rp 11,74 triliun, turun 46,66 persen dibanding periode yang sama tahun 2019 senilai Rp 22 triliun.
Namun beban pokok pendapatan WSKT tercatat Rp 10,97 triliun atau turun 38,54 persen dibanding kuartal III 2019, yang tercatat sebesar Rp 17,85 triliun. Namun, pada pos beban keuangan, tercatat adanya kenaikan 16 persen menjadi Rp 3 triliun. Padahal pada kuartal III 2019, beban keuangan hanya Rp 2,5 triliun.
ADVERTISEMENT
Adapun PT Hutama Karya (Persero) mencatatkan penurunan tajam pada kinerja keuangan semester I 2020. Laba bersih perseroan turun 95,83 persen dari Rp 1,10 triliun di semester I 2019, menjadi Rp 46,13 miliar di kuartal I 2020.
Sementara pendapatan BUMN pengembang jalan tol Trans Sumatera itu menguat tipis dari Rp 7,75 triliun di semester I 2019 menjadi Rp 7,78 triliun di semester I 2020. Sedangkan beban pokok pendapatan meningkat dari Rp 6,44 triliun menjadi Rp 6,58 triliun.
Anjloknya laba bersih Hutama Karya salah satunya dipicu membengkaknya biaya keuangan, yakni dari Rp 148,90 miliar di semester I 2019 menjadi Rp 992,03 miliar di semester I 2020. Liabilitas atau utang perseroan juga membengkak 20,70 persen menjadi Rp 82,90 triliun secara yoy.
ADVERTISEMENT