Tebar Diskon Pajak Mobil hingga Rumah, Wamenkeu Ingin Orang Tajir Belanja

2 Maret 2021 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara.  Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah menebar sejumlah insentif atau diskon pajak demi mendorong permintaan, mulai dari pembebasan PPnBM mobil baru hingga PPN rumah dan apartemen.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, diskon-diskon pajak tersebut dilakukan agar masyarakat kelas menengah atas membelanjakan uangnya. Seluruh diskon pajak itu menggunakan skema Ditanggung Pemerintah (DTP).
"Mereka adalah multiplier yang kuat saat ini. Pemerintah memutuskan memberikan insentif karena ingin kelompok yang lebih kaya membelanjakan uangnya," kata Suahasil dalam webinar MNC Group Investor Forum 2021, Selasa (2/3).
Dia melanjutkan, perputaran uang dari kelompok orang yang lebih kaya itu sangat penting untuk memulihkan perekonomian saat ini. Sebab, dana orang tajir itu saat ini hanya tersimpan di bank.
Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp 6.355,7 triliun atau tumbuh 11,1 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Pembebasan pajak penjualan mobil baru sampai 100 persen, untuk dorong industri otomotif. Foto: thestar.com.my
Suahasil menjelaskan, pemerintah telah menyiapkan pagu Rp 2,99 triliun untuk diskon PPnBM mobil dan Rp 5 triliun untuk diskon PPN properti.
ADVERTISEMENT
Dia berharap akan banyak masyarakat yang memanfaatkan insentif tersebut. Sehingga dampaknya pada pemulihan sektor otomotif dan properti akan semakin terasa.
“Bayangkan jika sektor otomotif menjadi jump start pada perekonomian kita. Dengan insentif pajak, mesin (perekonomian) akan berjalan lagi," kata Suahasil.
Demikian juga pada insentif PPN atas penyerahan rumah DTP. Dia menyebut sektor properti memiliki multiplier effect yang kuat karena berhubungan langsung dengan setidaknya 185 sektor usaha pendukung.
“Memberikan dampak ke sektor pendukung lainnya, misalnya pada industri baja, semen, kimia, kayu, serta furnitur,” tambahnya.