Tekan Impor Cangkul, Kemenkop Jadikan Tulungagung Sentra Produksi

15 Februari 2020 16:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cangkul. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cangkul. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Koperasi dan UKM menjadikan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur sebagai proyek pertama sentra produksi cangkul. Hal ini dilakukan agar produksi cangkul nasional meningkat sehingga bisa menekan impor.
ADVERTISEMENT
Penunjukkan Tulungagung sebagai sentra produksi cangkul dilakukan Kemenkop UKM bersama Kementerian Perindustrian, Badan Litbang Logam, Sekretariat Kabinet (Setkab), Bank BRI, dan Krakatau Steel. Mereka juga telah menggelar pelatihan kewirausahaan bagi perajin cangkul di sana kemarin.
"Kita bersama-sama melaksanakan keterpaduan dan sinergitas Pilot Project peningkatan kapasitas SDM pelaku usaha bidang kerajinan logam, khususnya cangkul atau pacul," kata Asdep Pengembangan Kewirausahaan Kemenkop dan UKM, Nasrun, dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/2).
Kata dia, kegiatan seperti ini perlu dipelihara dan terus ditingkatkan. "Pengrajin pacul mendapatkan pelatihan selama tiga hari dengan materi seperti manajemen usaha, kualitas produksi, dan literasi keuangan. Dengan begitu, produksi pacul dapat terstandarisasi dengan sertifikasi SNI," ucapnya.
Ilustrasi cangkul. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Menurut Nasrun, program pelatihan ini akan terlihat hasilnya dalam tiga bulan ke depan, dimana produksi dan kualitasnya akan meningkat. Adapun untuk urusan kualitas produksi dan teknologi dibina Kementerian Perindustrian.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, komitmen semua lintas pelaku harus tetap dijaga, terutama PT Krakatau steel sebagai pemasok raw material atau bahan baku. Kata dia, salah satu kelemahan IKM adalah rendahnya penguasaan teknologi, pasar, hingga permodalan. Sehingga, produknya tidak kompetitif.
"Saya optimistis Indonesia dapat mewujudkan pemenuhan produksi pacul dalam negeri buatan dalam negeri. Hal ini sejalan dengan program dan arahan Menteri Koperasi dan UKM agar Indonesia mampu menyediakan produksi barang subsitusi (pengganti) impor," jelas Nasrun.
Nasrun mengajak para pelaku usaha untuk membentuk koperasi agar memiliki kekuatan. Artinya, dengan berkoperasi maka mereka akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam berusaha, dan pembiayaan semakin mudah.
"Saya mengajak seluruh pengrajin cangkul agar menyepakati satu brand dan merk atau one branding. Dengan kesamaan produk dan desain, juga kualitas dan harga yang sama. Tujuannya, agar sentra produk pacul di Dusun Kiping, Gondang, Tulungagung, bisa dikenal secara nasional," tutur Nasrun.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Tulungagung Maryoto Birowo mengatakan bahwa pihaknya siap mendukung segala langkah yang diambil pemerintah pusat dalam pengembangan usaha cangkul di wilayahnya.
"Jika melihat proses produksi yang masih menggunakan cara tradisional, secara kualitas sebenarnya sudah bagus. Namun, pemilihan bahan baku dan untuk memenuhi kebutuhan pasar, mereka diharapkan mampu meningkatkan produksi dengan standar SNI," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo sempat marah karena cangkul di dalam negeri masih harus impor. Hal itu dia lontarkan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tahun 2019.
Jokowi sempat menyindir bahwa kebanyakan pacul dan cangkul yang ada di Indonesia adalah produk impor. Menurutnya, urusan pacul atau cangkul bisa diproduksi oleh unit Usaha Kecil Menengah (UKM). Pasar cangkul di Indonesia sendiri sangat besar yang harusnya bisa diproduksi di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Misalnya urusan pacul, cangkul, masak masih impor," kata Jokowi.