Tentang Ancaman Resesi Ekonomi, yang Kata Muhammadiyah Tinggal Menghitung Hari

7 Agustus 2020 12:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengemis. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengemis. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terjerembab ke posisi minus 5,3 persen secara tahunan (year on year) pada kuartal II 2020. Angka itu lebih dalam dari proyeksi Pemerintah dan Bank Indonesia, yang masing-masing mematok angka minus 4,3 persen dan minus 4,8 persen.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika PP Muhammadiyah menilai jika tak dilakukan langkah khusus, resesi ekonomi Indonesia tinggal menghitung hari.
“Oleh karena itu dengan adanya beberapa negara mitra kita yang sudah mengalami resesi maka masalah kapan negeri ini akan mengalami hal serupa tentu tinggal menghitung bulan, kalau tidak bisa dikatakan menghitung hari,” kata Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas, dalam keterangannya, Kamis (6/8).
Muhammadiyah pun menyodorkan enam langkah buat Pemerintah, sebagai upaya menghindari resesi. Yakni menyalurkan bantuan tunai, gerakan membeli produk UMKM dan menekan impor, penggunaan produk dalam negeri, fasilitas dan kemudahan untuk UMKM, penciptaan efektivitas dan efisiensi, serta keberpihakan ke masyarakat desa.
Infografik dalam Bayang-Bayang Resesi. Foto: Hod Susanto/kumparan
Beratnya tantangan ekonomi di kuartal III 2020 yang akan menentukan Indonesia terjebak resesi ekonomi atau bisa lolos, diakui Menteri Keuangan Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
"Kalau kuartal III kita masih berharap growth minimal 0 persen atau positifnya 0,5 persen. Memang probabilitas negatif masih ada, karena penurunan dari beberapa sektor mungkin tidak bisa secara cepat akan pulih kembali," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK secara virtual, Rabu (5/8).
Untuk itu, Presiden Jokowi mendorong kementerian dan lembaga mempercepat penyerapan anggaran belanja. Harapannya, ekonomi dapat bergerak dan pertumbuhan di kuartal III 2020 bisa terhindar dari kontraksi.