Terganggunya Pasokan Logistik Imbas Konflik Iran-Israel Bisa Kerek Harga Pangan

18 April 2024 19:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang beras di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur pada Selasa (12/3/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang beras di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur pada Selasa (12/3/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan eskalasi konflik Iran dan Israel belum mengganggu kelancaran impor komoditas pangan Indonesia, mulai dari beras, bawang putih, hingga kedelai.
ADVERTISEMENT
Direktur Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan Bapanas, Maino Dwi Hartono, menyebutkan komoditas pangan yang diimpor Indonesia tidak semuanya berasal dari Timur Tengah.
"Kalau pangan kayaknya secara langsung enggak, karena sumbernya banyak, tidak hanya dari Timur Tengah situ saja, tapi dari negara-negara Eropa juga," ujar Maino saat ditemui di kantor Bapanas, Kamis (18/4).
Maino menyebutkan, beberapa komoditas yang diimpor yakni bawang putih dari China, kedelai mayoritas dari Amerika Serikat dan Argentina, daging mayoritas dari Australia, dan gandum sebagian besar dari Ukraina.
Meski demikian, dia mengakui jika ada kenaikan harga minyak mentah dan disrupsi logistik, terutama di Selat Hormuz dan Terusan Suez, kemungkinan akan menyebabkan dampak rambatan kepada harga pangan.
Akhir pekan lalu pasukan elite Garda Revolusi Iran (IRGC) melakukan penyerangan dan menyita kapal kontainer milik miliarder Israel yang berlayar sejauh 50 mil laut (92 km) ke arah timur laut Fujairah, Selat Hormuz.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Iran akan menutup lalu lintas Selat Hormuz yang merupakan jalur perdagangan minyak paling penting di dunia. Selat tersebut merupakan salah satu jalur jika kapal ingin melewati Terusan Suez.
"Maksudnya kalau energi terpengaruh, kan pangan pakai transportasi, akhirnya menyulut ke situ juga, artinya dampak ikutan aja," ungkap Maino.
Maino mencontohkan importasi kedelai yang sempat terhambat di akhir tahun lalu karena konflik Laut Merah yang menyebabkan Terusan Suez ditutup. Impor kedelai yang seharusnya hanya butuh 3 minggu, menjadi lebih dari 6 minggu.
"Akhirnya masuk Januari, dan harga langsung naik, makanya pada demo pengrajin tahu tempe karena kedelainya telat datang, tidak ada masalah produksi kedelai, cuma karena kapalnya muter," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, dia memastikan tidak ada masalah ketersediaan pangan di dalam negeri, hanya saja distribusi logistik perlu dipertimbangkan mengikuti perkembangan konflik yang terjadi.
"Intinya situasi global tadi akan mempengaruhi situasi logistik, pertama waktu nambah, biaya nambah, dan ujungnya harga di Indonesia akan berubah, lalu kurs dolar naik, mau tidak mau pelaku usaha akan menyesuaikan itu," tutur Maino.