Terimbas Corona, Ilham Habibie Prediksi Era Pesawat Berbadan Besar Akan Berakhir

3 Juni 2020 13:07 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi pesawat Airbus Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi pesawat Airbus Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Industri penerbangan global tengah terpukul. Virus corona yang meluas dan belum menunjukkan tanda-tanda reda membuat bisnis maskapai penerbangan tergerus.
ADVERTISEMENT
Di dalam negeri, maskapai nasional seperti Garuda Indonesia bahkan sampai harus merumahkan 800 pegawainya dan mempercepat kontrak pilot yang berstatus Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
Komisaris PT Regio Aviasi Industri Ilham Habibie mengatakan, pandemi ini mencekik banyak maskapai di dunia karena sudah berbulan-bulan tak ada penghasilan. Dia bahkan memprediksi era pesawat berbadan besar akan usai karena orang-orang dilarang berkumpul di dalam satu tempat tertutup.
"Dengan adanya situasi kondisi ini, kelihatannya di antara kita mungkin sudah pernah naik pesawat terbang besar ini, tapi kemungkinan era pesawat raksasa seperti Airbus A380 yang angkut penumpang 600-700 penumpang, kalau kita bayangkan begitu banyak orang dalam satu ruangan yang berjam-jam ditutup dan terbang, permintaannya sudah anjlok sekali," kata dia dalam sambutannya dalam diskusi secara daring, Rabu (3/6).
ADVERTISEMENT
Pesawat berbadan besar itu banyak dipakai oleh maskapai asal Dubai, Emirates Airlines. Kata anak BJ Habibie ini, perusahaan tersebut memiliki hampir 50 persen pesawat Airbus ukuran jumbo yang biasanya mengangkut banyak penumpang.
Komisaris Utama PT Bank Muamalat Tbk, Ilham Akbar Habibie. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Dengan kondisi seperti ini, pesawat-pesawat tersebut akan dipensiunkan dan perusahaan akan menggunakan pesawat lebih kecil.
"Emirates sudah menyatakan akan mempensiunkan jenis pesawat ini dan akan diubah jadi pesawat lebih kecil. Jadi tidak lagi ratusan penumpang, mungkin hanya 100 atau maksimal 250 penumpang di pesawat," terang dia.
Kata Habibie, jika dibandingkan dengan kasus besar dunia lainnya seperti penyebaran virus SARS atau kejadian teror 9/11 di Amerika Serikat pada 2001 lalu, pandemi COVID-19 ini menyebabkan tingkat okupansi pesawat terbang anjlok menjadi tinggal 20 persen di seluruh dunia hanya dalam waktu tiga bulan.
ADVERTISEMENT
Padahal, saat SARS dulu, dampaknya hanya 10 persen. Sedangkan kejadian 9/11 membuat penurunan penumpang hanya 20 persen.
Kata dia, banyak maskapai dunia yang menyatakan bangkrut. Bahkan untuk maskapai asal Jerman, yakni Lufthansa, sudah diakuisisi pemerintah di sana menjadi BUMN karena butuh injeksi dana. Padahal, itu merupakan maskapai sehat.
"Tapi tidak pernah ada penurunan sampai 80 persen dan hanya terbang 20 persen kapasitas maskapai sedunia. Ini bencana luar biasa dan sudah beberapa maskapai sehat pun menyatakan bangkrut. Yang paling baru di Asia Tenggara, namanya Thai Airways, sudah dinyatakan bangkrut, namun akan dibangkitkan lagi oleh pemerintah, itulah keadaannya," ujar dia.