The Fed Bakal Naikkan Suku Bunga Tahun Ini, Surat Utang RI Masih Menarik?

10 Januari 2022 18:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 New York Federal Reserve Bank Foto: REUTERS/Brendan McDermid
zoom-in-whitePerbesar
New York Federal Reserve Bank Foto: REUTERS/Brendan McDermid
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), diprediksi akan memperketat kebijakan moneter, yaitu dengan pengurangan pembelian aset US Treasury atau tapering off dan menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate di tahun ini. Bahkan kebijakan kenaikan suku bunga ini akan dilakukan lebih cepat dari yang diprediksi.
ADVERTISEMENT
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengatakan, apabila The Fed menaikkan suku bunga maka kebijakan tersebut akan mempengaruhi selisih imbal hasil (spread yield) antara Surat Utang Negara (SUN) Indonesia dengan US Treasury. Hal inipun diproyeksikan bakal membuat SUN tidak menarik lagi.
“Jadi memang kalau kita lihat faktor hanya The Fed yang akan menaikkan suku bunga, maka yield differensialnya akan lebih kecil. Dan ini akan menurunkan tingkat kemenarikan SUN pemerintah Indonesia,” ujar Riefky kepada kumparan, Senin (10/1).
Meski demikian, kondisi ini bisa terjadi apabila hanya The Fed yang menaikkan suku bunga, sementara Bank Indonesia tidak mengambil kebijakan serupa. Dengan kondisi tersebut, maka yield differencial atau perbedaan imbal hasil antara SUN dan US Treasury akan semakin rendah.
ADVERTISEMENT
“Ini dengan asumsi bahwa BI tidak akan menaikkan suku bunga,” ujarnya.
Namun apabila BI juga mengambil kebijakan yang sama yaitu menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate, maka SUN Indonesia masih akan menarik. Sebab dengan suku bunga naik, maka perbedaan imbal hasilnya tidak terlalu jauh.
Meski demikian, Riefky mengatakan, untuk menilai tingkat kemenarikan SUN, tidak bisa hanya dilihat dari sisi imbal hasil atau kenaikan suku bunga saja. Menurut Riefky ada banyak faktor yang akan mempengaruhi SUN.
Apalagi dalam situasi pandemi COVID-19, keberadaan SUN akan sangat tergantung dari ekspektasi pasar terhadap cara suatu negara mampu menangani pandemi dan krisis yang sedang berlangsung.
“Jadi kalau misalnya pemerintah Indonesia masih mampu menjaga perekonomian dan aspek kesehatan tetap terkendali, dan mampu di-manage dengan baik, maka SUN masih tetap menarik. Karena memang ekspektasi dan outlook yang masih menarik oleh internasional investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia,” ujarnya.
ADVERTISEMENT