news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

The Fed Mau Naikkan Suku Bunga, Airlangga Sebut RI Tak Perlu Khawatir

11 Januari 2022 17:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto memberikan sambutan pembuka pada acara diskusi publik 'Refleksi 2021 Proyeksi 2022' di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Selasa (1/11). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto memberikan sambutan pembuka pada acara diskusi publik 'Refleksi 2021 Proyeksi 2022' di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Selasa (1/11). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merasa Indonesia tidak perlu khawatir terkait kebijakan Bank Sentral AS atau The Fed yang diprediksi akan memperketat kebijakan moneter dengan pengurangan pembelian aset US Treasury atau tapering off dan menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Kebijakan kenaikan suku bunga ini akan dilakukan lebih cepat dari yang diprediksi. Meski meminta tidak khawatir, Airlangga mengakui kebijakan tersebut bakal berdampak ke perekonomian
“Tentu terkait dengan kebijakan di Amerika yang inflasinya tinggi dan selama ini tingkat suku bunganya rendah dan diperkirakan Amerika akan meningkatkan tingkat suku bunga, tetapi Indonesia tidak perlu khawatir,” kata Airlangga di Kantor DPP Golkar, Selasa (11/1).
“Karena Indonesia dalam posisi hari ini hampir seluruh capaian target APBN tercapai, apakah itu pendapatan pajak, apakah itu pendapatan cukai atau pendapatan negara bukan pajak itu seluruhnya di atas target,” tambahnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Acara Diskusi Publik PPK KOSGORO 1957 di Kantor DPP Parta Golkar Jakarta Barat, Selasa (11/1). Foto: Akbar/kumparan
Airlangga menilai apa yang terjadi di perekonomian Indonesia saat ini sudah menunjukkan tanda-tanda positif. Ia menegaskan perekonomian nasional bakal semakin membaik kalau Indonesia bisa menekan penyebaran pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya. Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengatakan, apabila The Fed menaikkan suku bunga maka kebijakan tersebut akan mempengaruhi selisih imbal hasil (spread yield) antara Surat Utang Negara (SUN) Indonesia dengan US Treasury. Hal ini diproyeksikan bakal membuat SUN tidak menarik lagi.
“Jadi memang kalau kita lihat faktor hanya The Fed yang akan menaikkan suku bunga, maka yield differensialnya akan lebih kecil. Dan ini akan menurunkan tingkat kemenarikan SUN pemerintah Indonesia,” ujar Riefky kepada kumparan.
Meski demikian, kondisi ini bisa terjadi apabila hanya The Fed yang menaikkan suku bunga, sementara Bank Indonesia tidak mengambil kebijakan serupa. Dengan kondisi tersebut, maka yield differencial atau perbedaan imbal hasil antara SUN dan US Treasury akan semakin rendah. “Ini dengan asumsi bahwa BI tidak akan menaikkan suku bunga,” ujarnya.
New York Federal Reserve Bank Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Namun apabila BI juga mengambil kebijakan yang sama yaitu menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate, maka SUN Indonesia masih akan menarik. Sebab dengan suku bunga naik, maka perbedaan imbal hasilnya tidak terlalu jauh.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Riefky mengatakan, untuk menilai tingkat kemenarikan SUN, tidak bisa hanya dilihat dari sisi imbal hasil atau kenaikan suku bunga saja. Menurut Riefky ada banyak faktor yang akan mempengaruhi SUN.
Apalagi dalam situasi pandemi COVID-19, keberadaan SUN akan sangat tergantung dari ekspektasi pasar terhadap cara suatu negara mampu menangani pandemi dan krisis yang sedang berlangsung.