Tinggalkan Dolar AS, Penggunaan Mata Uang Lokal Bisa Stabilkan Rupiah

23 September 2021 16:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Indonesia mulai mengurangi penggunaan dolar AS dalam transaksi dagang dan menerapkan kebijakan kerja sama penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS). Kebijakan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral ini setidaknya sudah disepakati dengan sejumlah negara, Malaysia, Jepang, Thailand, dan China.
ADVERTISEMENT
Dengan aturan terbaru ini, setiap transaksi antarnegara bakal menggunakan uang lokal kedua negara. Sebelumnya, transaksi masih menggunakan mata uang dolar AS sebagai acuan.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai langkah teranyar tersebut mampu menjaga stabilitas rupiah. Terutama karena mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, sehingga bisa mengurangi sentimen kebijakan pemerintah AS terhadap nilai rupiah.
"Dampak implementasi LCS akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah. Ini menjadi alternatif mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar AS. Penggunaan dolar ini memang di mana-mana dolar semua, transaksi dagang dengan Tiongkok pakai dolar, Malaysia pakai dolar, dengan Thailand juga semua pakai dolar," ujar Josua dalam webinar InfobankTalkNews bertajuk "Dampak Penerapan Local Currency Settlement Diperluas, Bagaimana Nasib Rupiah?" Kamis (23/9).
ADVERTISEMENT
Selama ini, kata Josua, mata uang negara-negara berkembang sangat dipengaruhi sentimen yang terjadi di AS. Dengan adanya kesepakatan bersama penerapan LCS, bisa menjaga fundamental rupiah.
Di samping itu, LCS juga diyakini bisa mengurangi volatilitas rupiah. Kekhawatiran senada agaknya juga dirasakan oleh negara-negara di kawasan Asia lainnya, sehingga muncullah kesepakatan untuk kerja sama LCS tersebut.
Terlebih lagi setelah adanya sinyal dari The Fed selaku bank sentral AS untuk segera memberlakukan tapering. Tapering sendiri merupakan kebijakan moneter The Fed untuk mengurangi pembelian aset seperti surat utang atau obligasi.
Saat kebijakan tersebut berjalan, investor asing bakal beramai-ramai menarik investasi di pasar keuangan negara berkembang.
"Jadi ini perlu kita waspadai, kalau kita lihat dari posisi yang dihadapi trader global sedikit long positioning. Pada saat terjadi event tertentu misal The Fed menaikkan suku bunga dan tapering, pasti terjadi volatilitas. Makanya penggunaan mata uang lokal ini mendorong stabilnya rupiah," tutur Josua.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia, Doddy Zulverdi, menegaskan bahwa transaksi bilateral dengan mata uang lokal ini bukanlah suatu keharusan bagi pelaku usaha. Namun, pemerintah sedang merumuskan insentif bagi para pelaku usaha yang menerapkan LCS ini. Harapannya, para pelaku usaha akan semakin tertarik untuk menggunakan mata uang lokal dalam setiap transaksi dagang mereka.
"Kita juga coba sinergi dengan pemerintah. Kita sudah ada kesepakatan, saat ini pemerintah sedang dalam kajian untuk membantu memberikan insentif bagi pelaku ekonomi yang menggunakan LCS ini," jelas Doddy.
Fit and proper test Doddy Zulverdi. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Menurut dia, transaksi bilateral dengan mata uang lokal ini tidaklah bersifat mandatory. Penggunaan LCS tergantung pada mekanisme pasar.
"Pertama, ini adalah mekanisme pasar, tidak bersifat mandatory. Yang jelas, BI memfasilitasi kerja sama dengan negara mitra, kita juga berikan fleksibilitas kepada bank-bank ACCD (Appointed Cross Currency Dealers) yang ditunjuk. Harapannya pelaku ekonomi akan tertarik dengan sendirinya," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Golkar, Misbakhun, juga mengapresiasi langkah BI yang menerapkan LCS ini. Menurutnya, selain mengurangi tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, implementasi LCS juga akan memperkuat perekonomian Indonesia.
Ketergantungan terhadap dolar AS yang terus turun dalam perdagangan antar negara, tentu akan berdampak terhadap perekonomian dalam negeri. Dengan begitu, ekonomi nasional akan lebih kuat.
"Ini memberikan penguatan terhadap ekonomi kita, dan bisa kita lakukan terhadap negara-negara ASEAN. Ini juga memberikan dampak-dampak pada perdagangan kita, arus perdagangan kita di asean akan lebih kuat, biaya-biaha akan lebih rendah,” kata dia.
“Apa yang dilakukan BI dalam memperluas LCS harus dtangkap sebagai sinyal yang positif. Upaya yang dilakukan BI ini untuk memperkuat peran bank sentral Indonesia di Asean," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Misbakhun menyatakan, langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia juga sejalan dengan adanya koordinasi antara Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) yang sebagai kepanjangtanganan DPR dalam mengawasi lembaga independen tersebut.
Keterbukaan Badan Supervisi dalam melakukan koordinasi dan diskusi dengan DPR, telah menelurkan berbagai kebijakan-kebijakan yang dianggap mampu mengatasi persoalan ekonomi.
"Ketika kita tahu kebijakan BI dan memberikan masukan, BSBI menjadikan hal tersebut menjadi bahan untuk disampaikan kepada Bank Indonesia dalam kaitan kebijakan ke depan. Badan Supervisi itu menurut saya memberikan manfaat yang ideal dan memadai dari sisi akademik literate, policy literate, dan macro economy literate," tambahnya.