Tips Keuangan dari Ekonom sampai Ridwan Kamil untuk Menghadapi Resesi

5 November 2020 14:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendapatan bisa tergerus saat resesi yang bikin repot membayar berbagai kebutuhan dan tagihan Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Pendapatan bisa tergerus saat resesi yang bikin repot membayar berbagai kebutuhan dan tagihan Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Indonesia masuk jurang resesi, setelah Badan Pusat Statistik atau BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi masih minus 3,49 persen di kuartal III 2020 ini. Ini merupakan yang kedua kalinya, setelah pada kuartal II 2020, ekonomi Indonesia juga minus 5,32 persen.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana tips keuangan rumah tangga, agar aman menghadapi masa-masa resesi ini? Dua tips keuangan yang terutama adalah menyimpan uang cash dan menahan diri untuk tidak belanja senang-senang. Terutama buat mereka yang mengalami penurunan penghasilan.
Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, menyarankan agar masyarakat menghindari belanja senang-senang. Yakni membeli barang semata karena keinginan, bukan kebutuhan.
“Apabila kondisi kita memang terbatas dalam hal pemasukan dan dana tabungan, bahkan bila mengalami pengurangan penghasilan atau terkena PHK, maka sebaiknya membelanjakan uang kita hanya untuk kebutuhan yang benar-benar penting dan diperlukan dulu,” kata Andy dalam perbincangan dengan kumparan.
Dia menyebutkan beberapa kebutuhan penting yang tidak bisa ditunda adalah makanan, tagihan, sampai keperluan sekolah anak.
Ilustrasi menghitung uang tip Foto: Shutter Stock
“Sementara kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya kesenangan ataupun keinginan, di masa resesi seperti itu sebaiknya ditunda terlebih dahulu,” tandas Andy.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Andy, Direktur Riset Core Indonesia, Piter Abdullah, memberi tips keuangan agar masyarakat menekan pengeluaran dan memaksimalkan simpanan untuk dana darurat. Dengan masih belum adanya kepastian kapan pandemi berakhir, langkah tersebut perlu dilakukan untuk segala kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
Tapi dia mewanti-wanti agar masyarakat tidak perlu panik. Terlebih lagi jika kepanikan itu kemudian menimbulkan langkah keliru, seperti upaya menarik uang dari bank.
"Tidak perlu panik, resesi sudah menjadi sebuah kenormalan baru di tengah wabah. Pesan hoaks itu (menarik uang), berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan juga perekonomian nasional," ujar Piter kepada kumparan.
Sementara Ekonom Indef, Bhima Yudhistira, mendorong masyarakat yang tak berkurang tetap dapat berinvestasi. Sejumlah produk investasi bahkan ditawarkan lebih murah di masa resesi, sehingga punya daya tarik tersendiri. "Ketika kondisi ekonomi membaik, harga produk investasi itu naik dan memberi keuntungan buat investornya," papar Bhima.
ADVERTISEMENT
Masyarakat mampu juga disarankan untuk tetap berbelanja dan berinvestasi secara normal. Karena akan menjadi langkah untuk memulihkan ekonomi dari resesi. Hal ini misalnya menjadi imbauan dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Karena jika masyarakat yang mampu pun menahan diri untuk tidak berbelanja, usaha sektor riil terutama UMKM akan kelimpungan kehilangan pembeli dan pendapatannya anjlok drastis.