Tolak Akui Resesi, Menkeu AS: Ekonomi Hanya Melambat!

29 Juli 2022 6:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen dalam High Level Seminar G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7). Foto: ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen dalam High Level Seminar G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7). Foto: ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ekonomi Amerika Serikat (AS) memasuki resesi teknis, setelah pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2022 minus 0,9 persen. Meski begitu, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan terkontraksinya ekonomi AS itu merupakan tanda perlambatan yang tak terelakkan.
ADVERTISEMENT
Namun Yellen optimistis, ekonomi AS masih memiliki kekuatan yang luas, terutama dalam data tenaga kerja. Mengutip Reuters, Jumat (29/7), Yellen sebetulnya tidak mengesampingkan kemungkinan resesi. Hal itu karena The Fed dan Pemerintahan Joe Biden berusaha untuk menurunkan inflasi dari level tertinggi 40 tahun terakhir.
Tapi Yellen menolak untuk mengakui bahwa saat ini ekonomi AS sedang dalam keadaan resesi. Di mana, kebanyakan orang Amerika mendefinisikan resesi serupa dengan yang telah terjadi di masa lalu.
“Kehilangan pekerjaan yang substansial dan PHK massal, bisnis tutup, kegiatan sektor swasta sangat melambat, anggaran keluarga di bawah tekanan besar ... ekonomi, " kata Yellen. "Bukan itu yang kita lihat sekarang,” tegas dia.
Pemerintahan Biden mengatakan, saat ini perhatian utama tertuju pada inflasi dan kenaikan biaya. Sementara kontraksi PDB di kuartal II 2022 ini sebagian besar disebabkan oleh perubahan persediaan barang swasta yang bergejolak dan hambatan dari pengeluaran pemerintah yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Namun ia melihat, data pertumbuhan belanja konsumen, terutama pada layanan, cukup menggembirakan.
“Laporan ini menunjukkan ekonomi sedang bertransisi menuju pertumbuhan yang berkelanjutan," kata Yellen.
Tetapi laporan PDB mengungkapkan pertumbuhan belanja konsumen kuartal kedua sebesar 1 persen. Angka itu turun tajam dari 1,8 persen pada periode sebelumnya. Sementara investasi residensial tenggelam pada tingkat 14 persen.