Transaksi RI dengan 3 Negara Ini Tak Pakai Lagi Dolar AS, Berikut Rinciannya

14 September 2021 13:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Meskipun Local Currency Settlement (LCS) atau kerja sama mata uang lokal untuk transaksi perdagangan tak otomatis menyingkirkan dolar AS, setidaknya fasilitas dari Bank Indonesia ini bisa cukup berhasil mengurangi ketergantungan terhadap mata uang Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Ekonom bidang industri, perdagangan, dan investasi INDEF, Ahmad Heri Firdaus, menilai adanya fasilitas LCS dari Bank Indonesia tersebut bakal membuat penggunaan dolar AS berkurang.
"Kalau pakai mata uang selain dolar, mengurangi permintaan dolar. Ini setidaknya membantu untuk memperkuat rupiah," kata Heri, Selasa (14/9).
Saat ini, kerja sama LCS Indonesia sudah berlangsung dengan Thailand, Malaysia, dan Jepang. Kemudian diperluas dengan China yang sejak awal Agustus lalu.
Berdasarkan data Bank Indonesia, nilai kerja sama penyelesaian transaksi bilateral mata uang lokal dengan tiga negara yakni Jepang, Malaysia, dan Thailand selama periode Januari-Juli 2021 sudah mencapai USD 1,2 miliar atau setara Rp 17,1 triliun (kurs Rp 14.300).
"Jadi transaksinya ada yang menggunakan rupiah, ringgit, baht, dan yen. Tetapi supaya gampang penghitungan totalnya diekuivalenkan dengan dolar AS," kata Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia, Rahmatullah Sjamsudin, dikutip dari Antara Rabu (14/9).
ADVERTISEMENT
Rahmat mengatakan, dengan total nilai transaksi USD 1,2 miliar selama enam bulan di 2021 tersebut, artinya rata-rata per bulannya mencapai USD 177 juta.
Ilustrasi uang Dolar Amerika Serikat dan rupiah. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Untuk yen Jepang saja, ia menyebutkan transaksi LCS sudah cukup signifikan tahun ini, yakni mencapai USD 190 juta selama Januari-Juli 2021.
Menurut Rahmatullah, transaksi pertama LCS dilakukan pada 2018 dengan Thailand dan Malaysia dengan nilai rata-rata per bulan USD 31,7 juta. Sehingga totalnya USD 350 juta untuk keseluruhan tahun.
Kemudian pada 2019, transaksi LCS juga masih hanya dilakukan dengan Thailand dan Malaysia dengan total USD 760 juta atau rata-rata USD 63,3 juta per bulan.
Dia melanjutkan, pada 2020 transaksi LCS kian meningkat dan sudah dilakukan bersama tiga negara yakni Thailand, Malaysia, dan Jepang dengan rata-rata USD 72,2 juta atau totalnya 800 juta dolar AS.
ADVERTISEMENT
Rahmatullah berpendapat peningkatan transaksi LCS merupakan tren yang baik karena memberikan banyak keuntungan, kemudahan, dan keefisienan bagi kedua belah negara dalam perdagangan hingga investasi.