Tren Penurunan Berlanjut, Harga CPO Dunia Merosot 3 Persen Hari Ini

1 Juli 2022 11:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja menurunkan tandan buah segar kelapa sawit untuk diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO). Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menurunkan tandan buah segar kelapa sawit untuk diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO). Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
ADVERTISEMENT
Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia saat ini terpantau merosot cukup dalam hingga 3 persen pada perdagangan Jumat (1/7).
ADVERTISEMENT
Dikutip dari bursamalaysia.com pukul 8.30 WIB, harga CPO untuk kontrak September 2022 turun 3,08 persen menjadi MYR 4.765 per ton, dari harga pembukaan perdagangan hari ini yaitu MYR 4.912 per ton.
Sementara CPO untuk kontrak Oktober 2022 juga melemah 2,88 persen dari MYR 4,886 per ton menjadi MYR 4,748 per ton. Lalu harga untuk kontrak November 2022 juga turun 2,28 persen menjadi MYR 4.765 per ton.
Adapun tren penurunan harga minyak sawit ini telah berlangsung kurang lebih sejak awal Juni 2022. Harga komoditas bahan baku minyak goreng ini anjlok 26.33 persen dalam satu bulan terakhir.
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). Foto: Syifa Yulinnas/ANTARA FOTO
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, mengatakan tren penurunan harga CPO dunia ini masih dipengaruhi oleh pasokan komoditas bahan baku minyak nabati lain.
ADVERTISEMENT
"Tren harga CPO internasional sekarang turun karena minyak nabati lain produksinya membaik," kata Eddy kepada kumparan, Jumat (1/7).
Turunnya permintaan ini terjadi di tengah melimpahnya pasokan CPO, tidak terkecuali Indonesia. Sebagai negara produsen terbesar, produksi CPO Indonesia pada Mei-Juli 2022 sedang naik. Meski begitu, masih ada beberapa kendala dalam hal pasokan ini.
"Pasokan dari Indonesia masih belum normal karena ekspor belum berjalan lancar, hanya importir ada alternatif minyak nabati lain. Untuk Malaysia produsen terbesar kedua sempat terkendala dengan tenaga kerja," jelasnya.