Tren Pertumbuhan E-commerce RI Diprediksi Akan Melambat Setiap Tahun, Ada Apa?

2 Februari 2022 19:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi e-commerce, salah satu teknologi yang memudahkan perempuan menjalani perannya. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi e-commerce, salah satu teknologi yang memudahkan perempuan menjalani perannya. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan e-commerce di Indonesia diprediksi akan terus melambat setiap tahunnya. Padahal, di tahun 2020 atau awal masa masa pandemi COVID-19 ini e-commerce di Indonesia mengalami peningkatan.
ADVERTISEMENT
Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menjelaskan alasan perlambatan pertumbuhan e-commerce tersebut. Dalam data yang ditampilkannya yaitu dari Global Data Banking and Intelligence Center, pertumbuhan e-commerce Indonesia naik 37,4 persen di tahun 2020 karena adanya pandemi.
Namun, di tahun 2021 pertumbuhannya turun menjadi 29,6 persen. Begitu pula tahun-tahun selanjutnya diprediksi terus turun, seperti tahun 2022 hanya tumbuh 22 persen, 2023 sebesar 15,3 persen, dan 2024 hanya akan tumbuh 10,5 persen
"E-commerce ini diprediksi sedikit ada perlambatan khususnya di 2022-2023. Kita jangan hanya melihat dari growth-nya, karena teknologi atau industri baru itu wajar di awal terjadi pertumbuhan masif, tapi setelah itu yang terjadi justru ada normalisasi," ujar Bhima dalam webinar VIDA, Rabu (2/2).
Peneliti Indef Bhima Yudhistira saat menghadiri Diskusi Kinerja OJK Ditengah Kasus Jiwasraya, Selasa (28/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Bhima mengatakan platform digital khususnya di 2022 harus fokus bagaimana cara membuat pengguna atau user-nya tetap loyal melalui berbagai program dan inovasinya, termasuk dalam peningkatan digital trust.
ADVERTISEMENT
"Jadi semakin mereka trust, mereka tidak akan pindah ke aplikasi lain, mereka menjadi nasabah atau user yang loyal pada satu atau dua aplikasi. Ini salah satu tren yang dibentuk oleh kehadiran dari digital trust," jelasnya.
Walaupun pertumbuhan jumlah e-commerce akan terus menurun dengan adanya normalisasi tersebut, nilai transaksi atau value-nya akan terus meningkat. Dalam data tersebut, di tahun 2022 nilai transaksi e-commerce Indonesia akan mencapai Rp 555,2 triliun. Bahkan di 2024 diprediksi naik menjadi Rp 707,6 triliun.
"E-commerce value yang akan naik, tapi pertumbuhannya akan terjadi normalisasi, ini salah satu berita yang cukup baik karena orang tidak kaget menggunakan aplikasi digital, tapi sudah menjadi habit atau kebutuhan. Jadi wajar apabila growth-nya tidak setinggi pada awal e-commerce booming di 2016," ujar Bhima.
ADVERTISEMENT
Selain pertumbuhan e-commerce yang menurun, Bhima menuturkan tren digital Indonesia ke depan yaitu akan banyak muncul SuperApps atau satu aplikasi digital lengkap untuk berbagai jenis fitur dan layanan. Hal ini menjadi poin penting dalam penerapan digital trust dan identitas digital.
"SuperApps akan dorong penggunaan identitas digital lebih valid dengan verifikasi cepat dan efisien, tren ke depan mungkin akan banyak sekali aplikasi lebih berintegrasi dengan aplikasi besar, orang bisa percaya kepada aplikasi besar, di situ sudah ada identifikasi identitas digital yang bisa dipertanggungjawabkan dan legit sertifikasinya," tutur Bhima.
Dia merasa ke depan mungkin akan banyak aplikasi yang berkembang, tapi tidak banyak menjadi pilihan masyarakat salah satunya karena pertimbangan soal digital trust. Bagaimana pengguna bisa memastikan data pribadinya aman, terutama didukung dengan percepatan pengesahan RUU Perlindungan Data Pribadi (PDP).
ADVERTISEMENT
"Itu game changer, aplikasi yang tidak menerapkan identitas digital secara trusted, misal gampang menggunakan data pribadi untuk pihak ketiga tanpa consent, ini aplikasi yang harus diwaspadai karena akan mulai ditinggalkan oleh konsumen. Konsumen akan memilih aplikasi yang paling trusted," ungkap Bhima.