Ubah Limbah Daun Nanas Jadi Kain, Ibu-ibu di Subang Bisa Ekspor ke Singapura

9 Oktober 2022 14:24 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Serat limbah daun nanas sedang dijemur di Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pengolahaan ini menjadi binaan program CSR Pertamina EP Subang, Kamis (7/10/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Serat limbah daun nanas sedang dijemur di Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pengolahaan ini menjadi binaan program CSR Pertamina EP Subang, Kamis (7/10/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai buah tropis, nanas banyak digemari karena rasanya yang manis bercampur asam, memberikan kesegaran bagi penikmatnya. Tak hanya buahnya yang menggoda, nanas ternyata memiliki serat yang bisa dimanfaatkan menjadi barang bernilai tinggi. Serat itu berada di pelepah daun yang biasanya dibuang atau hanya dicincang petani untuk dijadikan pupuk alami.
ADVERTISEMENT
‘Berlian’ dari limbah nanas ini dilihat oleh Alan Sahroni, pemuda asal Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang. Berbekal ilmu tekstil dari bangku kuliah, Alan mengumpulkan limbah daun nanas yang berserakan di kampungnya untuk diolah menjadi benang yang bisa ditenun (green textile).
Alan Sahroni di tempat pengolahan limbah daun nanas Pesona Subang Pertamina EP Subang di Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Kamis (7/20/2022). Foto: Dok. Pertamina EP Subang
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Subang adalah penghasil nanas terbesar di Provinsi Jawa Barat, yaitu 187.448,2 ton pada 2020. Secara tren, terjadi penurunan hasil panen dari 238.711,7 ton pada 2017 menjadi 187.448,2 ton pada 2020.
Minimnya regenerasi petani nanas berdampak pada inefisiensi pengelolaan pertanian nanas. Potensi bahan baku daun nanas melimpah karena 90 persen limbah tanaman nanas adalah bagian daunnya. Di Kabupaten Subang memiliki sekurangnya 1.630 hektar lahan pertanian nanas.
ADVERTISEMENT
“Selama ini hanya buahnya saja dijual. Tapi daunnya cuma jadi pakan ternak dan jadi pupuk. Kurang ekonomis. Karena saya ada basic di tekstil, maka saya rintis pengolahan limbah ini,” kata Alan saat ditemui di tempat pengolahan serat daun nanas di rumahnya, Subang, Jawa Barat, Kamis (6/10).
Alan bercerita mulai memberdayakan serat daun nanas pada 2013. Saat itu, proses mendapatkan seratnya masih dilakukan manual dengan diserut. Setahun berjalan, Alan kesulitan menjalankan usaha ini. Dia gunakan untuk terus promosi produksi serat limbah yang memberdayakan petani nanas dan ibu-ibu rumah tangga lewat website.
Dengan story telling yang bagus, Alan memberanikan ikut berbagai kompetisi tentang program pemberdayaan usaha masyarakat dan menang. Dari situ, dia mendapatkan hadiah sebuah alat tenun dan mesin penyerut serat yang menjadi titik balik usaha ini kembali bergairah. Permintaan pun semakin meningkat pada 2018.
ADVERTISEMENT
Dari sisi bahan baku, Alan mengaku tak khawatir. Karena Subang memang penghasil nanas terbesar di Jawa Barat. Pasokan pelepah nanas bisa dia dapatkan dari banyak kecamatan. Hanya saja, dia harus selektif memilih pelapah yang panjang, minimal 60 cm agar mudah ketika diserut di mesin.

Pertamina EP Subang Beri Dukungan

Persoalannya, mesin serut yang dimiliki saat itu baru ada satu, hadiah dari kompetisi. Kalau pun harus beli, harganya mahal, sekitar Rp 38 juta. Selain mesin, yang tidak kalah penting dari pengolahan serat nanas adalah mesin tenun.
Seorang ibu mitra binaan Pesona Subang Pertamina EP Subang tengah menenun serat dari limbah daun nanas di Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Kamis (7/20/2022). Foto: Dok. Pertamina EP Subang
Karena material serat nanas tak sekuat benang dari kapas, diperlukan alat tenun khusus. Alan bersama kenalannya ikut merancang alat tenun khusus untuk serat nanas bernama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Dogan.
ADVERTISEMENT
Kebuntuan Alan soal mesin dan alat tenun yang butuh modal banyak ini terpecahkan saat PT Pertamina EP (PEP) Subang Field yang tergabung dalam Zona 7 Subholding Upstream Regional Jawa masuk. Melalui program Pengolahan Serat Daun Nanas Subang (Pesona Subang) pada 2021, jalan Alan, ibu-ibu, dan pemuda di Cijambe bisa lebih mudah meningkatkan produksi. Apalagi sudah ada permintaan ekspor ke Singapura.
Pengolahan limbah daun nanas menjadi kain tenun di Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat (Pesona Subang), program CSR Pertamina EP Subang, Kamis (7/10/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
“Tahun ini Pertamina juga memberikan kami pelatihan untuk membuat tas dari serat nanas ini. Saya sangat berterima kasih karena dengan adanya program pesona kami bisa mendapatkan berbagai fasilitasi khususnya dalam peningkatan keterampilan SDM melalui kegiatan kegiatan pelatihan baik teknis maupun nonteknis,” ujar Alan.
Senior Manager Subang Field Ndirga Andri Sisworo mengatakan Pesona Subang ini merupakan kontribusi perusahaan dalam konservasi lingkungan di sekitar wilayah operasinya. Program ini berusaha mengurangi jumlah timbunan limbah daun nanas dan kemudian mengubahnya menjadi komoditas serat alam yang bernilai ekonomi tinggi. Kedua hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan sekaligus membantu meningkatkan produktivitas ekonomi warga.
Senior Manager PEP Subang Field Ndirga Andri Sisworo (kiri) dan Supervisor Stasiun Pengumpulan Bambu Besar Muhammad Luthfan Zharif Aqil di Karawang, Jawa Barat, Jumat (7/10/2022). Foto: Dok. Pertamina EP
“Melalui program Pesona Subang PEP Subang Field mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) tujuan ke-12 SDGS yaitu Pengolahan limbah untuk kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya memperbaiki tata kelola limbah daun nanas tetapi juga menjadikan daun nanas sebagai komoditas bernilai tinggi yang dapat meningkatkan kualitas ekonomi sosial masyarakat di sekitarnya. Selain itu, program Pesona Subang merupakan implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG) yang dijalankan perusahaan,” ujar Ndirga.
ADVERTISEMENT
Tak hanya di Subang. CSR Pertamina EP 7 Subang Field juga membina petani pada organik di Karawang. Lewat program Jejak Setapak atau Jerih Kerja Karawang Semangat Petani Sehat Ketahanan Pangan Meningkat.
Program ini dimulai sejak 2019 dengan membentuk kelompok petani yang mau beralih ke organik ke dalam mitra binaan yang kini sudah terintegrasi melalui Koperasi Paguyuban Saripati Tani karena tak hanya fokus pada padi organik, tapi ada budiaya akuaponik.

Dari Tangan Ibu-ibu, Serat Nanas Subang Bisa Terbang ke Singapura

ADVERTISEMENT
Pengolahan limbah daun nanas di kecamatan yang lokasinya jauh dari kota besar ini bisa tembus pasar ekspor. Singapura jadi negara pertama yang berhasil digapai Alan bersama ibu-ibu dan pemuda di kampungnya. Ya, ada sebuah perusahaan dari Negeri Singa yang melirik serat nanas mereka.
ADVERTISEMENT
Alan mengatakan saat ini ibu-ibu di Cijambe tengah mengejar produksi untuk memenuhi permintaan perusahaan di Singapura yang mencapai 1 ton serat nanas per bulan. Sayangnya, SDM dan alat yang ada masih terbatas, sehingga mereka baru bisa penuhi 65 kg per bulan.
Meski ada permintaan dari Singapura, Alan juga masih melayani penjualan serat nanas atau hasil produk akhir berupa kain serat dalam bentuk meteran ke konsumen lain, termasuk di marketplace Shopee dan Tokopedia. Alan mengatakan produk mereka banyak diincar mahasiswa tekstil dan desainer kriya.
Usaha ini menjadi berkah bagi petani nanas, ibu-ibu rumah tangga, dan pemuda di kampung. Untuk petani, mereka bisa mendapatkan Rp 1.000 per kg dari daun nanas yang dijual. Jika petani menjual 1 kwintal daun nanas ke Alan, mereka bisa mendapatkan uang Rp 100 ribu, alih-alih membuangnya hanya jadi pakan ternak.
Alan Sahroni (tengah) bersama ibu-ibu mitra binaan Pesona Subang Pertamina EP Subang yang mengolah limbah daun nanas menjadi kain tenun di Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Kamis (7/20/2022). Foto: Dok. Pertamina EP Subang
Berkah dari Pesona Subang ini juga dirasakan Isyaratul khairah. Di sela-sela pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, Isya bisa mendapatkan uang dari mengolah rambut serat nanas setelah dikeringkan untuk digulung sebelum masuk ke mesin tenun. Setiap 1 kg serat nanas disisir sebelum dipintal, Isya dan ibu-ibu lainnya bisa mendapatkan Rp 15.000.
ADVERTISEMENT
“Kalau lagi ramai permintaan, kami bisa dapat Rp 500 ribu sebulan. Kadang sampai pekerjaan rumah jadi dikesampingkan dulu saking banyaknya pesanan,” ujarnya.
Sementara untuk ibu-ibu di bagian menenun, upah yang diberikan sekitar Rp 125 ribu hingga Rp 150 ribu per meter kain. Total omzet yang bisa dikantongi Alan dari Pesona Subang ini mencapai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per bulan.
Pengolahan limbah daun nanas menjadi kain tenun di Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat (Pesona Subang), program CSR Pertamina EP Subang, Kamis (7/10/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Jumlah petani yang komitmen memasok limbah nanas ada 21 orang, di bagian produksi mesin ekstraktor ada 3 orang pemuda, di bagian sisir serat setelah dikeringkan ada 4 orang, pemintal ada 2 orang ibu-ibu, dan penenun 6 orang ibu-ibu.
“Karena permintaan ke Singapura ini banyak, harapannya dengan adanya Pertamina di sini, usaha kami bisa berkembang lagi karena orientasinya menyulap limbah dan memberdayakan masyarakat,” terangnya.
ADVERTISEMENT