Ujian Masuk Tak Lagi Pakai Kertas, Pendapatan Peruri Berkurang Rp 10 M

8 Januari 2020 13:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bentuk digitalisasi layanan nasabah BNI Foto: Kelik Wahyu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bentuk digitalisasi layanan nasabah BNI Foto: Kelik Wahyu/kumparan
ADVERTISEMENT
BUMN di bidang percetakan uang, Perum Peruri mencatat, digitalisasi telah menggerus pendapatan perseroan. Adapun selain mencetak uang, Perum Peruri juga menawarkan jasa printing kertas dokumen, hingga tiket maskapai dan kapal laut.
ADVERTISEMENT
Direktur Pengembangan Usaha Perum Peruri Fajar Rizki mengaku, pendapatan perseroan telah tergerus sejak dua tahun lalu. Dia mencontohkan pada dua tahun lalu, ada kebijakan perubahan ujian masuk Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN) yang tidak memakai kertas lagi.
Selain dari kebijakan tidak menggunakan kertas pada tes masuk STAN, beberapa kebijakan dari industri transportasi juga mulai mengurangi penggunaan kertas untuk kebutuhan tiket.
"Kalau dibandingkan total revenue kita enggak banyak sekitar Rp 10 miliar (tergerus). Jadi enggak ngefek juga sih," kata Fajar kepada awak media usai ngobrol santai di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (8/1).
Suasana Perum Peruri. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Fajar menambahkan, saat ini industri printing memang sudah terdistribusi dengan kemajuan zaman yang serba digital. Untuk itu jika pelaku industri printing tidak segera merambah ke digital atau tak melakukan digitalisasi akan sulit bersaing.
ADVERTISEMENT
"Nah gini, yang namanya disturb susah memprediksi. Tergantung need dan si customer itu sendiri. Di sini saya cuma mau sharing bahwa di dunia printing sendiri sudah mulai terganggu dengan adanya pertumbuhan digital security kalau kita tidak siap di bisnis ini bisa dibayangkan 5 tahun ke depan entah hybrid ke digital enggak tau hasilnya seperti apa," sambungnya.
Selama 2019, Perum Peruri mencatatkan kinerja positif. Perusahaan pelat merah ini membukukan laba bersih Rp 595 miliar atau tumbuh 30 persen dibanding periode tahun sebelumnya.
Fajar melanjutkan, jumlah laba bersih tersebut masih sesuai dengan prognosa tahun 2019. Sementara itu, untuk pendapatan usaha perseroan pada tahun lalu tumbuh 23 persen, menjadi Rp 3,9 triliun. Untuk total aset mengalami pertumbuhan sedikitnya 5 persen menjadi Rp 5,46 triliun sepanjang tahun 2019.
ADVERTISEMENT