
UMKM Ini Sulap Limbah Paralon Jadi Sangkar Burung yang Tembus Pasar Ekspor
2 Desember 2021 19:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Eank itu sebenarnya inisial nama saya dan kedua anak saya, kepanjangan dari Eko Alif Nur Kholis. Maksudnya saya membesarkan usaha ini seperti membesarkan anak-anak saya," kata Eko saat berbincang dengan kumparan, Kamis (3/12).
Bisnis yang mulai dirintis sejak 2014 tersebut bermula dari sebuah ide ketika Eko melihat banyaknya limbah paralon dan akrilik yang terbuang sia-sia. Di sisi lain, ia juga melihat banyak penggemar burung yang mengeluh lantaran sangkarnya yang terbuat dari kayu dan bambu mudah rusak dan berjamur. Dari sana lah Eko melihat peluang itu. Lalu Eank Solo lahir dan tumbuh menjadi bisnis yang menguntungkan.
“Untuk sangkar dari paralon dan akrilik, itu sudah disurvei, alhamdulillah kami adalah pionir pertama yang membuatnya,” jelas Eko.
Namun, perjalanan Eank Solo tidak serta merta berjalan mulus. Pada awal-awal bisnis ini berdiri, Eko mengaku sempat mendapat banyak kendala. Mulai dari sumber daya manusia hingga kesulitan modal untuk pengadaan alat produksi.
ADVERTISEMENT
Mulanya Eko hanya menggunakan alat-alat produksi dari rakitan sendiri. Ia memanfaatkan pompa air untuk dirakit menjadi bor sebagai alat ukir sangkar.
"Kendala awal kita juga di modal. Kita kan alatnya sangat sederhana, kita butuh bor yang pabrikan, kita perlu mencari modal, kalau mengajukan di perbankan kan agak sulit, butuh jaminan seperti itu," lanjut Eko.
Namun meskipun terkendala SDM dan modal pengadaan alat produksi, Eko mengaku bisnisnya tidak pernah merugi besar atau sampai gagal produksi. Karena bahan baku yang dia gunakan murah dan alat produksinya bisa dirakit sendiri dari barang tak terpakai. Walaupun saat itu omzet yang didapat stagnan karena produksi dan penjualan terbatas.
Saat ini, omzet Eank Solo dalam satu bulan bisa mencapai Rp 20 juta. Penjualan produk Eank Solo hampir sudah merambah ke seluruh daerah dalam negeri. Sedangkan untuk ekspor, sangkar burung Eank Solo sudah tembus sampai ke Singapura, Brunei, Taiwan, dan Malaysia.
ADVERTISEMENT
“Kalau untuk akuarium, kita ke Belgia sudah pernah, kirim sampel 20 pcs ke sana, terus ke India, Australia juga pernah,” kata Eko.
Eko menjelaskan saat ini Eank Solo berencana melebarkan sayap dengan memproduksi kerajinan-kerajinan dekorasi rumah. “Kalau di Eropa kami masuknya ke home décor, untuk hiasan-hiasan gitu,” lanjutnya.
Perjalanan Eank Solo sampai menjadi besar seperti ini tidak terlepas dari program Brilianpreneur yang diselenggarakan oleh BRI. Brilianpreneur sendiri adalah program yang dirancang khusus sebagai upaya mempertemukan UMKM di seluruh Indonesia dengan para buyer internasional.
Eko bercerita, Eank Solo bergabung dengan Brilianpreneur pada tahun 2019. Sebelumnya, pada tahun 2018, Eank Solo mengikuti program BRI Incubator dan menyabet juara 3 nasional.
“Banyak UMKM-UMKM dari Solo yang mendapat buyer Internasional dari acara Brilianpreneur,” jelas Eko.
ADVERTISEMENT
Melalui Brilianpreneur, Eko mengaku banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan. Selain menjadi wadah yang mempertemukan UMKM dengan buyer internasional, UMKM juga mendapat banyak ilmu dari pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan. “Amat sangat membantu Brilianpreneur ini,” sambung Eko.
Eko mengaku omzet Eank Solo setelah bergabung dengan Brilianpreneur semakin naik. “Dulu sebelum gabung omzet kita sekitar Rp 10 juta sampai Rp 15 juta per bulan. Setelah gabung kita bisa sampai Rp 20 juta per bulan,” lanjutnya.