Uni Eropa Bakal Terapkan Pembatasan Karbon, Bagaimana Nasib Ekspor Baja RI?

24 Agustus 2022 14:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspor Baja Krakatau Steel. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ekspor Baja Krakatau Steel. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Uni Eropa berencana menerapkan mekanisme penyesuaian batas karbon (carbon border adjustment mechanisms/CBAM). CBAM dikenakan pada komoditas-komoditas tertentu yang diimpor masuk ke Uni Eropa, dan akan diberlakukan oleh Uni Eropa mulai tahun 2026.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Kasan mengatakan pihaknya sudah melakukan analisa awal terkait dampak penerapan CBAM kepada perdagangan Indonesia. Nantinya, Kemendag akan memiliki alternatif kebijakan untuk merespons CBAM tersebut.
"Apakah kita akan bersifat adaptif terhadap penerapan kebijakan ini atau kita responsif, artinya kita respons dengan misalnya menyampaikan keberatan dan sebagainya," kata Kasan pada forum Gambir Trade Talk #7 di Hotel Borobudur, Rabu (24/8).
Opsi lainnya yang dapat dilakukan pemerintah, kata dia, adalah Indonesia akan proaktif atau melakukan tindakan semacam balasan apa yang akan dikenakan Uni Eropa sebagai bagian Uni Eropa adalah mewujudkan European Green Deal.
Dari perhitungan yang dilakukan Kemendag, khusus untuk komoditas besi dan baja yang diekspor Indonesia ke Uni Eropa nanti akan terdampak sebesar kurang lebih 16,8 persen.
ADVERTISEMENT
"Ini akan tentu berdampak bagi perusahaan dari Indonesia yang ekspor ke Uni Eropa khususnya untuk produk besi baja. Tapi produk-produk lain yang di dalam cakupan CBAM akan terpengaruh," jelas Kasan.
Sementara, Founding Bundjamin & Partners, Erry Bundjamin mengatakan bahwa negara-negara global telah banyak yang menyuarakan penolakan penerapan CBAM oleh Uni Eropa. Di antaranya seperti Turki, Qatar, Arab hingga China.
Berdasarkan data harga karbon nominal pada April 2021, Bank Dunia menunjukkan harga karbon di negara berkembang mayoritas di bawah 10 dolar AS/tCO2e, masih jauh lebih rendah daripada negara maju dengan harga karbon di kisaran 18-137 dolar AS/tCO2e, dan belum ada negara yang mencapai level harga karbon 160 dolar AS/tCO2e.
Erry menduga bahwa CBAM ini merupakan strategi dagang Uni Eropa untuk komoditas-komoditas yang mereka masih kalah bersaing dengan negara-negara lainnya. "Uni Eropa secara cerdik dia memilih beberapa komoditas yang mungkin ekspornya kurang seperti besi baja seperti alumunium," pungkasnya.
ADVERTISEMENT