Vaksin Corona hingga Diskon Belanja Dorong Daya Beli Masyarakat di 2021

13 Januari 2021 8:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menurunkan kontainer berisi vaksin corona Sinovac saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (12/1).  Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menurunkan kontainer berisi vaksin corona Sinovac saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (12/1). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Vaksin corona hingga diskon belanja diharapkan menjadi pendorong daya beli masyarakat yang melemah selama pandemi COVID-19. Saat ini, masyarakat pun cenderung menahan belanja.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), Indeks Penjualan Riil (IPR) pada November 2020 minus 16,3 persen (yoy). Begitu juga di Desember 2020 yang diperkirakan masih terkontraksi atau minus 20,7 persen (yoy).
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy, mengatakan pemerintah perlu membuat kebijakan secara komprehensif demi mendorong kepercayaan konsumen untuk kembali berbelanja. Salah satunya dengan vaksin corona yang memberikan optimisme pemulihan hingga bantuan sosial (bansos) yang tepat sasaran.
"Kebijakannya harus komprehensif. Selain dari vaksin, test dan tracing, isolasi, kepercayaan konsumen akan tergantung pada bagaimana eksekusi dari kebijakan belanja pemerintah," kata Yusuf kepada kumparan, Rabu (13/1).
"Kecepatan dan ketepatan penerima data akan menjadi faktor pendukung dalam menjaga kepercayaan konsumen," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey, mengatakan perlu kerja sama pemerintah dengan swasta untuk membangkitkan gairah industri ritel dalam negeri. Menurutnya, bansos sangat berpengaruh untuk meningkatkan daya beli masyarakat, utamanya pada golongan bawah.
"Mereka harus dapat juga diupayakan tetap lancar bansos, BLT, dan dana bergulir lainnya untuk penguatan daya beli. Itu semua untuk men-charging agar masyarakat dapat kembali beraktivitas,” kata Roy.
Selain vaksin corona dan bansos yang digencarkan tahun ini, promo atau diskon belanja yang dilakukan para pelaku usaha juga dapat mendorong daya beli masyarakat. Hal tersebut juga dilakukan Ultra Voucher, sebuah platform yang memproduksi serta mendistribusi voucher atau gift card bagi merchant-merchant yang telah bekerja sama.
ADVERTISEMENT
"Antusiasme masyarakat dalam penggunaan aplikasi Ultra Voucher sangat luar biasa, dengan terdapat lebih dari 10 ribu pengguna melakukan transaksi setiap bulannya," kata Chief Operating Officer & Co-Founder PT Trimegah Karya Pratama Riky Boy Permata.
Saat ini, Ultra Voucher berinisiatif membuat loyalty program yang bernama Kejutan Tahun Baru Ultra Voucher bagi sepuluh orang pemenang. Kegiatan ini sebagai apresiasi Ultra Voucher kepada para pengguna yang sering bertransaksi di aplikasi selama 2020.
"Setiap transaksi di aplikasi Ultra Voucher, semua user akan mendapatkan point dengan kelipatan transaksi sebesar Rp 10 ribu sama dengan satu point. Ultra Voucher memanfaatkan fitur point tersebut khusus untuk para user yang memiliki loyalitas tinggi yang sering bertransaksi pada aplikasi Ultra Voucher," ungkap Riky.
ADVERTISEMENT
Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menilai, diskon menjadi salah satu strategi yang dilancarkan peritel di tengah lesunya daya beli masyarakat.
Belanja online saat new normal. Foto: Shutterstock
"Saya kira diskon itu bisa memicu minat masyarakat untuk belanja. Kondisi saat ini kita harus spending, beli offline atau online, pemerintah sudah membantu dengan bansos dan itu akan mampu kembali gerakkan ekonomi kita," tutur Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah.
Meski demikian, Budiharjo mengaku adanya pengetatan kembali PSBB saat ini cukup memukul pelaku usaha. Potensi pendapatan tenant dapat merosot 70 persen akibat penutupan gerai yang lebih cepat dan berkurangnya kapasitas masyarakat masuk kantor.
“Mungkin kami hanya bisa meraih pendapatan 30-40 persen. Jadi potensi pendapatan turun bisa 70 persen,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5 persen. Pertumbuhan konsumsi, ekspor, hingga investasi dinilai menjadi kunci utama perekonomian di tahun ini.
"Ini yang kita harapkan secara besar nanti akan menjadi basis dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kita perkirakan sekitar 5 persen di tahun 2021," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (6/1).