Vaksinasi, Stimulus Fiskal, dan Moneter Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi

30 Juli 2021 12:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vaksinator bersiap untuk menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada pelajar di SMAN 1 Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (14/7).  Foto: Rony Muharrman/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Vaksinator bersiap untuk menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada pelajar di SMAN 1 Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (14/7). Foto: Rony Muharrman/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai pemulihan ekonomi sangat bergantung pada kecepatan vaksinasi dan besaran stimulus moneter serta fiskal. Adapun beberapa negara saat ini mulai mengalami pemulihan ekonomi, meski demikian pemulihan ini belum terjadi secara merata di semua negara.
ADVERTISEMENT
“Di negara-negara yang vaksinasinya cepat, penurunan kasus COVID-19 bisa cepat dan juga lebih besar stimulus fiskal dan moneternya, maka lebih cepat (pemulihannya),” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Diskusi Publik Gubernur BI, Jumat (30/7).
Menurut Perry ada dua negara yang dinilai berhasil dalam program vaksinasi serta memberikan stimulus besar-besaran yaitu Amerika Serikat dan Tiongkok. Perekonomian kedua negara ini terbukti lebih cepat pulih ketimbang negara-negara lain
“AS dan Tiongkok. Tiongkok lebih cepat pulih. Amerika sekarang sudah pulih, kami lihat proyeksi-proyeksi mereka semakin meningkat,” ujar Perry.
Pada kuartal II 2021 ekonomi AS tumbuh 6,5 persen secara tahunan, lebih baik dibandingkan kuartal I yang tumbuh 6,3 persen. Realisasi ini sedianya lebih rendah dari proyeksi BI yang memprediksi ekonomi AS tumbuh 6,8 persen di kuartal II. Sementara di tahun depan, BI memprediksi ekonomi AS akan tumbuh 3,5 persen.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan Tiongkok yang diprediksi akan tumbuh 8,4 persen di kuartal II tahun ini dan 5,5 persen di tahun depan. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi global tahun ini pun diprediksi akan membaik. Bank Indonesia memperkirakan secara global ekonomi akan tumbuh 5,8 persen di kuartal II 2021 dan 4,3 persen di kuartal II 2022.
“Tapi terjadi divergensi pertumbuhan ekonomi antar negara. Lagi-lagi semakin cepat vaksin semakin besar stimulus semakin cepat recover-nya. Bagi negara yang vaksinasi baru kemudian, tentu saja pemulihan ekonominya baru kemudian,” ujar Perry.
Presiden Joko Widodo meninjau pelaksanaan vaksinasi corona untuk pelaku perbankan dan pasar modal di Kantor Bursa Efek Indonesia, SCBD, Jakarta, Rabu (31/3). Foto: Agus Suparto/Presidential Palace
Menurutnya, lambatnya pemulihan ekonomi banyak terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Untuk itu menurut Perry, Indonesia harus mampu mengejar ketertinggalan tersebut.
“Itu memang beberapa aspek termasuk di sejumlah negara berkembang. Oleh karena itu Indonesia harus mengejar ketertinggalan itu agar segera pulih,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Melihat vaksinasi yang masih lambat, menurut Perry Indonesia bisa menggenjot pemulihan ekonomi lewat opsi lain yaitu menggenjot ekspor komoditas. Sebab saat ini beberapa harga komoditas dunia sedang mengalami kenaikan. BI pun mencatat indeks harga komoditas ekspornya Indonesia cukup tinggi mencapai 35,3 persen di kuartal II 2021.
Beberapa komoditas tersebut menurut Perry berasal dari luar Pulau Jawa. Sehingga tak heran saat ini beberapa daerah di luar Jawa mulai menunjukkan pemulihan ekonomi.
“Itulah kenapa di luar Jawa pertumbuhannya oke. Bahkan di Sulawesi, Maluku, Papua itu pertumbuhannya sudah di atas 5 atau 6 persen. Ini potensi yang harus kita pergunakan agar bisa mendorong ekonomi kita, di samping perlu vaksinasi dan prokes yang ketat dan juga dorongan stimulus moneter dan fiskal,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Gerindra, Kamrussamad, menjelaskan bahwa vaksinasi menjadi hal yang utama dalam kondisi saat ini. Menurutnya, perekonomian akan pulih jika masyarakat kembali sehat.
“Sekarang kita hanya bicara masalah pertumbuhan ekonomi, tapi bagaimana kita juga harus bicara tentang anak-anak yang banyak menjadi yatim piatu karena orang tuanya terjangkit COVID-19,” katanya .
Menurut dia, vaksinasi bagi anak juga penting untuk mendorong pemulihan ekonomi. Angka kemiskinan dan pengangguran bisa semakin meningkat tajam jika pemerintah tak memberikan perlindungan kepada golongan masyarakat ekonomi ke bawah tersebut.
"Terutama mereka yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Kehilangan kedua orang tua secara tragis memberi tekanan yang tidak ringan terutama pada anak usia balita dan remaja. Sebagian anak tiba-tiba harus menanggung beban hidup sepeninggalan orang tua," kata dia.
ADVERTISEMENT
“Oleh karena itu, vaksinasi bagi anak-anak juga menjadi sangat penting, dan saya sangat menyambut baik aksi vaksinasi untuk anak-anak dan keluarga ini,” tambahnya.