Virus Corona Bikin Industri Tekstil Babak Belur hingga Pilih PHK Karyawan

28 April 2020 14:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pedagang tekstil. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pedagang tekstil. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Industri tekstil betul-betul terpukul dengan adanya serangan virus corona yang belum juga berakhir. Kondisi tersebut membuat perusahaan mengambil opsi merumahkan karyawan atau sampai melakukan PHK.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Rizal Rakhman menganggap langkah itu mau tidak mau harus diambil para pengusaha tekstil. Sebab, kata Rizal, pemasukan industri tekstil hampir tidak ada karena virus corona.
“Tekanan itu membuat industri kita tak punya income karena pasar tutup, masyarakat enggak bisa beli segala macam. Sedangkan kewajiban terhadap industri harus tetap jalan,” kata Rizal saat dihubungi kumparan, Selasa (28/4).
Kewajiban yang dimaksud Rizal adalah perusahaan harus tetap membayar listrik, memikirkan gaji karyawan, membayar THR, cicilan, sampai BPJS Ketenagakerjaan. Menurut Rizal, hal itu tentu sangat memberatkan karena pemasukan tidak ada lagi yang bisa diharapkan.
“Nah pengeluaran ada, terus pemasukan enggak ada. Itu yang menyebabkan opsi pemilihan kita harus dirasionalisasikan. Dari awal kita minta pemerintah (beri) stimulus membantu cashflow industri. Bantuan misal PLN, stimulus perbankan itu enggak direspons,” ujar Rizal.
ADVERTISEMENT
“Jadi otomatis rasionalisasi yang bisa kita lakukan adalah merumahkan atau PHK. Iya (Sampai 80 persen), sudah parah banget Jogja, Jateng, Jatim, Jabar apalagi,” tambahnya.
Rizal mengungkapkan pihaknya sebenarnya tidak menginginkan adanya PHK atau merumahkan karyawan kalau ada stimulus dari pemerintah. Namun, perusahaan harus mengambil langkah logis tersebut.
Para buruh korban PHK membuat masker untuk penanganan virus corona, di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cilincing, Jakarta, Selasa (7/4). Foto: Dok. Biro Humas Kemnaker
Meski begitu, ia mengatakan para karyawan yang dirumahkan masih ada kemungkinan dipanggil lagi untuk bekerja kalau situasi sudah stabil lagi.
“Kalau stimulus ada cashflow kita sedikit terbantu. Sehingga gini kalau bisa bayar listrik enggak bisa bayar karyawan, apalagi THR. Kalau bayar THR nggak bisa bayar listrik gitu. Serba sulit,” ungkap Rizal.
Lebih lanjut, Rizal membeberkan dampak atau tekanan dari serangan virus corona bagi industri tekstil ada dua yaitu eskpor dan di domestik. Ia menjelaskan pihaknya sudah tidak bisa ekspor karena mayoritas negara khususnya di Amerika dan Eropa sudah lockdown.
ADVERTISEMENT
“Nah itu membuat cancel order dari kita ke mereka meningkat. Jadi banyak sekali yang cancel order itu ekspor,” terang Rizal.
Sementara itu di pasar domestik, masyarakat harus mematuhi peraturan pemerintah seperti dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Rizal menuturkan sudah banyak pasar besar seperti Pasar Tanah Abang yang tutup. Sehingga masyarakat tidak bisa jualan.
Selain itu, daya beli masyarakat juga menurun. Rizal belum bisa menyebut angka pasti kerugian yang diderita. Namun, ia memastikan angkanya mencapai triliunan rupiah.
“Daya beli masyarakat itu sekarang menurun drastis karena pendapatan masyarakat turun, banyak PHK atau dirumahkan, pekerjaan sulit kemudian ada kewajiban isolasi di rumah. Sehingga opsi membeli tekstil itu menjadi opsi nomor sekian karena lebih pilih beli sembako dan obat-obatan,” tutur Rizal.
ADVERTISEMENT