Virus Corona Bisa Bikin Defisit Transaksi Berjalan 2020 Melebar

11 Februari 2020 12:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Piter Abdullah. Foto: Facebook/ @Piter Abdullah
zoom-in-whitePerbesar
Piter Abdullah. Foto: Facebook/ @Piter Abdullah
ADVERTISEMENT
Defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) selama 2019 mengecil menjadi 2,72 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Meski demikian, sejumlah ekonom meminta pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk tetap waspada kembali melebarnya CAD di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Direktur Riset Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, kondisi CAD yang mengecil itu masih mengecewakan. Apalagi, hal ini masih didominasi oleh aliran modal asing.
“CAD membaik harus diakui. Tapi masih mengkhawatirkan, perekonomian masih bergantung pada modal asing, sehingga rupiah rentan terhadap guncangan global,” ujar Piter kepada kumparan, Selasa (11/2).
Menurut dia, pemerintah harus melakukan reformasi struktural secara sungguh-sungguh demi memperbaiki CAD.
“Khususnya dengan membangun kembali industri manufaktur, mengurangi ketergantungan kepada sektor komoditas,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro menuturkan, perbaikan CAD selama tahun lalu didorong oleh program B20 dan substitusi impor lainnya.
Namun dia memperkirakan, CAD 2020 akan kembali melebar. Hal ini sejalan dengan membaiknya iklim investasi yang dapat meningkatkan impor bahan baku dan barang modal.
ADVERTISEMENT
“Kami memperkirakan CAD 2020 akan sedikit melebar menjadi 2,88 persen dari PDB. Angka tersebut naik tipis dari perkiraan defisit pada 2019 sebesar 2,70 persen dari PDB, karena perbaikan iklim investasi dapat meningkatkan impor bahan baku dan barang modal," jelas Andry.
Ilustrasi uang rupiah Foto: Maciej Matlak/Shutterstock
Kinerja ekspor pun diproyeksikan masih tertekan di tahun ini. Sejumlah faktor global seperti perang dagang hingga virus corona dapat mempengaruhi neraca dagang di tahun ini.
“Ekspor diprediksi masih akan tertekan lantaran melemahnya pertumbuhan global karena beberapa faktor, misalnya perang dagang, ketidakpastian geopolitik, dan yang paling baru ketakutan akan wabah virus corona dari China," tuturnya.
Meski demikian, cadangan devisa diproyeksi akan terus meningkat hingga USD 135 miliar di akhir Desember 2020. Sehingga hal ini dapat mendukung kestabilan ekonomi.
ADVERTISEMENT
“Hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi utama yang lesu dan sikap moneter Fed yang dovish, sehingga menarik lebih banyak aliran modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” tambahnya.
Bank Indonesia melaporkan CAD selama kuartal IV 2019 sebesar USD 8,12 miliar atau 2,84 persen dari PDB. Defisit tersebut mengecil jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai defisit 3,72 persen dari PDB.
Adapun selama 2019, CAD mencapai USD 30,41 miliar atau 2,72 persen dari PDB. Angka ini juga membaik dibandingkan 2018 yang mencapai defisit USD 30,63 miliar atau 2,94 persen dari PDB.
Membaiknya CAD selama 2019 tersebut ditopang oleh neraca perdagangan barang yang mencatatkan surplus USD 3,5 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan 2018 yang defisit USD 228 miliar. Meskipun neraca jasa masih mencatatkan defisit USD 7,78 miliar.
ADVERTISEMENT
CAD selama tahun lalu juga dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat, sementara defisit neraca perdagangan migas menurun. Hal ini juga dipengaruhi oleh program biodiesel 20 persen (B20) sejak akhir 2018.