Virus Corona 'Hajar' Bursa Saham Amerika, Terendah sejak Krisis 2008

2 Maret 2020 6:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
Indeks utama Wall Street anjlok pada penutupan perdagangan pekan lalu. Bahkan indeks S&P 500 mencatat penurunan terdalam sejak krisis keuangan global 2008. Penurunan bursa saham Amerika terjadi akibat sentimen virus corona.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Senin (2/3), Dow Jones Industrial Average turun 357,28 poin atau 1,39 persen menjadi 25.409,36; indeks S&P 500 kehilangan 24,54 poin atau 0,82 persen menjadi 2.954,22; sementara Nasdaq Composite menambahkan 0,89 poin atau 0,01 persen menjadi 8.567,37.
Kekhawatiran investor mengenai virus corona semakin berkembang dan khawatir akan menyebabkan resesi ekonomi. Meskipun di akhir sesi sejumlah saham mulai menunjukkan penguatan.
Indeks volatilitas CBOE, juga dikenal sebagai pengukur rasa takut Wall Street, naik 0,95 poin di 40,11, setelah naik setinggi 49,48.
Dow dan Nasdaq juga mencatat penurunan persentase mingguan terdalam mereka sejak Oktober 2008.
Warga memakai untuk mencegah penyebaran virus corona di sebuah jalan di pusat kota Teheran, Iran. Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Nasdaq berhasil menambah keuntungan 0,01 persen setelah jatuh 3,5 persen selama sesi. Setelah jatuh lebih dari 4,2 persen atau lebih dari 1.000 poin, Dow mengakhiri hari turun 1,4 persen.
ADVERTISEMENT
Padahal di Kamis pekan lalu, ketiga indeks telah berhasil meningkat, 10 persen di bawah rekor penutupan tertinggi.
Dukungan tersebut berasal dari Ketua Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell, yang mengatakan fundamental ekonomi Amerika tetap kuat dan bank sentral akan bertindak sesuai kondisi demi mendorong perekonomian.
Namun investor telah menjual sebagian sahamnya dan menempatkannya di US Treasury. Hal ini mendorong yield obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun itu meningkat.
Dari 11 sektor utama S&P, indeks keuangan (SPSY) mengakhiri sesi turun 2,6 persen. Sektor utilitas (SPLRCU) mencatat persentase penurunan terbesar, denn turun 3,3 persen.
Sektor real estate (SPLRCR) dan konsumen (SPLRCS), kedua sektor yang dinilai safe havens, juga turun lebih dari 2 persen.
ADVERTISEMENT
Namun energi (SPNY), teknologi (SPLRCT), dan indeks layanan komunikasi (SPLRCL), ketiganya menunjukkan kenaikan.
Sebanyak 19,31 miliar saham berpindah tangan di bursa saham AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 9,25 miliar saham selama 20 hari terakhir.